Daniel membawa Daisy masuk ke dalam kamar. Dengan pandangan datar menatap pada gadis itu. Da. Tersirat gairah di dalam matanya pada Daisy.
"Daisy, biarkan aku memuaskanmu," bisik Daniel, matanya memancarkan api hasrat yang tak terbendung. Dia mendorong Daisy ke atas ranjang, tubuhnya yang kuat dan berotot.
Daisy, dengan wajah yang penuh dengan kecantikan alami dan mata yang penuh dengan ketakutan dan keinginan, hanya bisa mendesah pelan. Bibirnya terasa kering, dan jantungnya berdetak dengan cepat, seolah-olah ingin melarikan diri dari dadanya.
Perlahan, Daniel mulai membuka pakaian Daisy. Dia menatap tubuhnya dengan mata yang penuh dengan kekaguman dan hasrat. "Kau begitu cantik, Daisy. Tubuhmu adalah karya seni yang sempurna."
Daisy mencoba untuk menutup payudaranya, rasa malu dan ketakutan menyeruak dalam dirinya. Namun, Daniel dengan lembut menyingkirkan tangannya, "Biarkan aku menikmati keindahanmu, sayang."
Dengan tangan yang lembut dan penuh dengan keahlian, Daniel meremas p******a Daisy. Putingnya mengeras dalam tangannya, dan Daisy mendesah lebih keras, "A-ah..."
Dia kemudian mengulum p****g p******a Daisy, mengisapnya dengan lembut, membuat Daisy menggelinjang dalam kenikmatan dan rasa malu. "Ssshhh..." bisiknya, menenangkan Daisy yang mulai terengah-engah.
Lidah Daniel menari di sepanjang perut Daisy, menyapu kulitnya dengan sentuhan yang lembut dan menggoda. Dia mendekati vaginanya, dan Daisy bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat. Lidahnya mulai menjelajahi wilayah terlarang itu, dan Daisy terkejut dengan sensasi yang luar biasa.
"Oohh..." desah Daisy, tubuhnya menggelinjang lebih kuat. Dia merasakan gelombang kenikmatan yang tak terduga, dan rasa malu mulai digantikan dengan hasrat yang membara.
Daniel, dengan keterampilan seperti seorang seniman, mengulurkan lidahnya dan menyentuh k******s Daisy. Dia menggosoknya dengan lembut, membuat Daisy mengerang dalam kenikmatan yang tak tertahankan. "D-Daniel..." bisiknya, matanya terpejam dalam kenikmatan.
Dia kemudian menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati v****a Daisy dengan gerakan yang lebih cepat dan kuat. Daisy mendesah lebih keras, "Aahh... Ya, ya, ya..." Dia merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan, tubuhnya menggeliat dalam ritme yang disinkronkan dengan lidah Daniel.
Kamar itu dipenuhi dengan desahan dan erangan mereka. Suara-suara hasrat itu bercampur dengan napas yang terengah-engah, menciptakan simfoni cinta yang tak terlupakan.
Setelah beberapa saat, Daisy mencapai klimaksnya. Dia mengerang dengan keras, "Aahh! Ya, ya, ya!" Tubuhnya menggetarkan, dan dia merasakan gelombang kenikmatan yang tak tertahankan.
Daniel tidak berhenti, dia ingin memuaskan Daisy sepenuhnya. Dia mengulum k******s Daisy dengan lembut, membuat Daisy merasakan sensasi yang berbeda namun tak kalah menyenangkan.
"Kau hebat, Daniel," bisik Daisy, matanya terpejam dalam kenikmatan. Dia merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak berujung.
Daniel kemudian membuka pakaiannya, dan dengan bangga memperlihatkan penisnya yang gagah dan perkasa. "Kau ingin mencoba ini, sayang?" tanyanya, matanya memancarkan keinginan yang tak terbendung.
Daisy, dengan rasa malu dan ketakutan yang masih tersisa, mengangguk pelan. Dia merasa terpesona dengan ukuran dan keindahan p***s Daniel.
"Buka mulutmu, dan nikmati ini," bisik Daniel, suara yang menggoda dan penuh dengan hasrat.
Daisy membuka mulutnya, dan dengan sedikit ragu, dia mulai mengoral p***s Daniel. Dia mengulumnya dengan lembut, dan lidahnya mulai bergerak dengan ritme yang seirama dengan hasratnya.
Daniel mendesah, "Ya, begitu, sayang. Kau hebat..." Dia merasakan kenikmatan yang tak tertahankan, dan s****a mulai mengalir dari penisnya, menumpah ke dalam mulut Daisy.
Daisy menelan s****a Daniel, dan rasa itu membuat tubuhnya menggeliat. Dia merasakan dirinya terhubung dengan Daniel dalam cara yang tak terlupakan.
Setelah beberapa saat, Daniel menarik diri dari mulut Daisy. Dia tersenyum, "Kau luar biasa, Daisy. Aku ingin lebih dari ini."
Dia melebarkan paha Daisy, dan dengan lembut, mulai memasukkan penisnya ke dalam v****a Daisy yang masih perawan. Daisy meringis kesakitan, "A-ah..." Dia merasakan sensasi yang baru, dan darah keperawanan mulai mengalir.
Daniel tidak berhenti, dia terus mendorong penisnya lebih dalam, dan Daisy merasakan rasa sakit yang berganti dengan kenikmatan. "Ssshhh... Tenang, sayang. Aku akan memuaskanmu," bisik Daniel, menenangkan Daisy.
Dia mulai bergerak, menggeser penisnya dengan ritme yang lambat dan penuh dengan keahlian. Daisy mendesah lebih keras, "Aahh... Ya, ya..." Dia merasakan kenikmatan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Kamar itu dipenuhi dengan desahan dan erangan mereka. Daniel dan Daisy, dua jiwa yang terikat dalam gairah, menciptakan simfoni cinta yang tak terlupakan.
Daniel terus bergerak, menggeser penisnya dengan ritme yang berbeda. Dia mencoba gaya doggy style, membuat Daisy merasakan sensasi yang baru dan tak terlupakan.
"Aahh! Ya, Daniel!" Daisy mengerang, tubuhnya menggeliat dalam kenikmatan. Dia merasakan dirinya tenggelam dalam lautan hasrat yang tak terelakkan.
Daniel kemudian beralih ke gaya misionaris, dan Daisy merasakan dirinya terhubung dengan Daniel dalam cara yang lebih dalam. Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah mereka bergelut dalam tarian cinta yang tak terlupakan.
Setelah beberapa saat, Daniel beralih ke gaya spooning. Dia memeluk Daisy dari belakang, dan dengan lembut, menggeser penisnya dalam ritme yang lambat. Daisy mendesah, "Aahh…. Nikmathh…, Daniel."
Daniel tersenyum, "Aku juga meraskaan kenikmatan, sayang. Aku ingin memuaskanmu sepenuhnya."
Dia terus bergerak, menggeser penisnya dengan ritme yang berubah-ubah. Daisy merasakan dirinya tenggelam dalam lautan kenikmatan, dan tubuhnya menggeliat dalam ritme yang disinkronkan dengan Daniel.
Kamar itu dipenuhi dengan desahan dan erangan mereka, suara-suara hasrat yang bercampur dengan napas yang terengah-engah.
Setelah beberapa saat, Daisy mencapai klimaksnya lagi. Dia mengerang dengan keras, "Aahh! Ya, ya, ya!" Tubuhnya menggetarkan, dan dia merasakan gelombang kenikmatan yang tak tertahankan.
Daniel tidak berhenti, dia ingin memuaskan Daisy sepenuhnya. Dia terus menggeser penisnya, membuat Daisy merasakan kenikmatan yang tak berkesudahan.
"Kau luar biasa, Daisy. Aku tak bisa cukup denganmu," bisik Daniel, matanya memancarkan cinta dan hasrat.
Daisy, dengan wajah yang penuh dengan kenikmatan, hanya bisa tersenyum. Menikmati sentuhan dari Daniel.
***
Daisy membuka matanya perlahan ketika cahaya matahari masuk ke dalam celah gorden kamar. Lalu, matanya melirik ke samping, tidak menemukan Daniel.
"Haaah!"
Pria itu sudah pergi lagi dan meninggalkan dirinya di markas binatang buas ini.
Daisy menghela napas panjang. Sudah beberapa hari sejak dia tinggal di tempat ini, tetapi dia masih merasa seperti orang asing.
Bukan hanya karena para pria berbadan besar yang bersenjata lengkap, tetapi juga karena binatang-binatang buas yang dibiarkan berkeliaran di beberapa bagian markas.
Singa, harimau, buaya, dan bahkan ular besar.
Astaga, ini benar-benar lebih seperti kebun binatang daripada markas mafia!
Daisy mengusap wajahnya dan bangkit dari ranjang. Tanpa Daniel di sini, dia tidak tahu harus melakukan apa.
"Setidaknya aku masih hidup," gumamnya pelan.
**
Daisy berjalan ke dapur dan melihat Victoria sudah menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi," sapa Victoria sambil menyodorkan secangkir kopi.
Daisy duduk dan menerima kopi itu. "Terima kasih. Daniel pergi ke mana lagi?"
Victoria tersenyum tipis. "Bos selalu punya urusan. Aku tidak bisa memberitahumu detailnya."
Daisy mendengus pelan. "Tentu saja."
Dia mulai menyantap sarapannya sambil memperhatikan beberapa pria berbadan besar yang juga sedang makan di meja lain.
Saat itu, seorang pria bernama Leon—tangan kanan Daniel—datang dan duduk di seberang Daisy.
"Kau masih betah di sini?" tanyanya dengan nada menggoda.
Daisy menatapnya sinis. "Sepertinya aku tidak punya pilihan."
Leon tertawa kecil. "Ya, kau benar."
Daisy menghela napas. "Kapan Daniel kembali?"
Leon mengangkat bahu. "Tidak ada yang tahu. Dia bisa pergi sehari, seminggu, atau lebih lama. Itu tergantung pada situasi."
Daisy merasa frustasi. Kenapa pria itu selalu pergi tanpa memberinya penjelasan?
Menyebalkan sekali!