Azkia merasakan dahinya ditekan oleh sesuatu yang lembut tapi padat. Kelopak matanya berkedut dan d4d4nya tiba-tiba berdebar kencang. Wanita itu kemudian bangkit dan duduk. Matanya melotot menatap Fattan yang lebih dulu membuka mata, tapi masih berbaring. “Fattaaan!” jerit Azkia. Fattan yang terkejut mendengar jeritan Azkia pun duduk dan menatap sang istri sambil membelai lembut lengannya. “Kenapa, Sayang?” Azkia mengembus napas lalu menangkup wajah dengan kedua tangan. “Maafkan saya. Saya lupa kalau kita sudah menikah.” “Hahaha.” Fattan tertawa lepas selama beberapa detik lalu bergeser mendekati Azkia dan memeluk Malia. “Kamu ini menggemaskan, Sayang.” “Maaf. Soalnya saya masih merasa agak seram untuk tidur dengan—” “Ssst. Sudahlah, jangan diteruskan,” potong Fattan. Dia kemudian me

