Warning21+ Jantungku berdebar sepanjang perjalanan kami menuju taman bermain karena om Raka terus mengenggam tanganku sekalipun dia tetap fokus membawa mobil. Sesekali dia mengusap kepalaku lembut sambik kami berbincang tentang banyak hal. Aku benar-benar baru tahu bahwa om Raka yang terlihat dingin dan angkuh itu, bisa semanis ini pada orang yang disukainya. Kenyataan inu membuatku tersipu sekaligus merasa bersalah pada mbak Zia. Juga ada perasaan lain yang seperti kesal ketika membayangkan bahwa selama mungkin mas Raka juga memperlakukan mbak Zia semanis ini. “Mas, mbak Zia bagaimana?” Aku bertanya lagi karena hatiku masih belum tenang. “Kan mas udah bilang kamu nggak perlu mikirin masalah itu, semuanya biar jadi urusan mas Raka.” Jawabnya masih dengan kalimat yang sama san hal itu ti