Dunia seperti runtuh di hadapanku ketika mataku menyaksikan Anggia berdarah-darah. Aku sangat menyesal karena membiarkannya membeli es krim sendiri. Mungkin jika aku mengantarnya sekalipun harus memutar Anggia akan baik-baik saja. Sepanjang perjalanan menuju Rumah sakit dengan aku terus memeluknya erat, pikiranku semakin diisi sesak dengan perasaan takut dan bersalah. Aku tidak mau kehilangan Anggiaku yang manis dan menyenangkan. Aku tidak mau kehilangan sumber kebahagiaanku. Istriku yang cantik dan baik hati yang ternyata begitu aku cintai. Ketika pintu ruang pemeriksaan dintutup aku terduduk lemas di lantai Rumah Sakit yang dingin. Untuk pertama kali dalam hidupku, air mataku jatuh karena seorang wanita. Seluruh dunia rasanya berhenti,dadaku bergemuruh hebat sampai terasa sakit, nafask