Sama sekali tidak menangkap jejak kesedihan pada Rex, Lamia merasa tidak puas dengan itu.
"Apakah kekasihmu berpesta tanpa mengajak dirimu?" Dia mengerutkan kening, pura-pura bodoh, padahal dia menuangkan cuka pada lelaki itu untuk melihatnya terluka. "Maaf, aku hanya kasihan padamu. Apa dia benar-benar calon istrimu?"
"Apa yang salah dengan itu?"
"Sangat salah. Dia bersenang-senang tanpamu."
"Dan itu bukan masalah."
"Tentu saja itu masalah." Lamia membereskan piringnya yang kosong, mengelap mulut dengan serbet acuh tak acuh. "Kau tidak takut jika dia tiba-tiba bertemu pria lain di luar sana?"
Rex memandangi kesibukan Lamia setiap detiknya, mengikuti gerakan tangannya ke mana pun, dengan otak yang sepenuhnya kosong.
"Bukannya aku ingin menuduhnya, tapi dalam pesta dan keramaian sem
