Seminggu telah berlalu keadaan Aya pun semakin membaik. Panji selalu setia mengantar dan menjemput Aya untuk sekolah dan pulang sekolah. Kemudian mengantarkan Aya untuk kembali bekerja di Angkringan setelah satu minggu di adakan acara tahlilan di rumahnya. Ini malam pertama Aya bekerja kembali di Angkringan Alkid milik Mas Budi.
"Kamu yakin akan mulai bekerja Aya?" tanya Panji yang sedang memarkirkan motornya.
"Iya Mas. Kau harus bekerja untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Kalau ada job lain aku mau, untuk Foto model produk atau Fashion Show butik." ucap Aya pelan.
Aya memang tidak pernah masuk Agency. Aya berlatih semuanya secara otodidak, kebetulan di sekolahnya ada ekstrakurikuler Fotografi. Disana Aya belajar. Aya memang cantik, itu modal satu satunya yang Aya miliki.
"Aya ... Dua Minggu lagi, magangku selesai. Aku harus kembali ke kotaku. Aku .... " ucapan Panji pun belum sempat terlontar.
"Aya ... welcome ... Kamu benar sudah by lebih baik?" tanya Mas Budi pelan.
"Iya Mas Budi. Mudah mudahan Aya bisa melewati semuanya dengan baik." ucap Aya pelan. Walaupun hatinya masih sedih mengingat itu.
Fathur adiknya pun begitu terpukul dan sudah beberapa hari ini mengurung diri di kamarnya. Aya hanya mengirim makanan ke kamar Fathur dan menyuapinya.
"Kalian pacaran?" tanya Mas Budi kepada Aya dan Panji.
Mereka berdua saling bertatapan entah apa hubungannya saat ini. Yang jelas mereka dekat bahkan sangat dekat, satu sama lain saling mengisi dan saling mendukung. Semenjak Ibunya meninggal hanya ada Panji yang menguatkan Aya, bahkan Fadil Sang Kakak pun tidak diberitahu tentang kabar duka Ibunya yang telah tiada.
"Betul Mas Budi. Kami sudah pacaran. Makanya aku selalu menjaga Aya." ucap Panji mantap.
Aya hanya menatap Panji dengan bingung. Hatinya memang kosong, dan semenjak ada Panji, hanya pria itu yang membuat semangatnya tumbuh kembali. Hidupnya makin berwarna dan indah. Panji itu sosok pria dewasa yang bisa ngemong dan lucu. Hari hari yang mereka lalui selama satu minggu ini cukup berkesan dan mulai tumbuh rasa sayang di hati Aya. Tapi apa mungkin seorang Panji menyukainya? Atau hanya sekedar mengasihaninya?, gumamnya dalam hati.
"Kenapa bengong Aya?" ucap Panji yang mengibaskan tangannya di depan wajah Aya lalu menjawil hidung mancung itu.
Sontak Aya pun terkejut, dan tersenyum malu-malu ke arah Panji.
"Kita bahas itu nanti. Aku hanya ingin kamu tahu perasaanku. Dan aku akan menjagamu." ucap Panji lirih di dekat telinga Aya.
Aya mulai berjualan setelah Maghrib. Karena waktunya habis untuk sekolah dan membersihkan rumahnya. Mas Budi selaku pemilik Angkringan pun tidak masalah, minimal ada yang membantunya saat Angkringan ramai. Baginya Aya adalah aset yang harus dipertahankan, banyak pelanggan buang mengagumi kecantikannya dan sering mampir ke Angkringan ini.
Nunu adalah salah satu sahabat Panji di Kost. Malam ini Nunu yang bertugas menemani Fathur di rumah. Fathur yang jiwanya sedikit terguncang karena trauma pun harus di obati dengan cara bersenang-senang agar bisa melupakan kesedihannya.
Nunu dan Fathur mengisi waktu dengan bermain PlayStation atau game on-line. Bisa juga coba Mie Samyang yang lagi viral. Sambil menunggu Panji dan Aya pulang dari berjualan.
Malam ini langit tampak mendung, bintang pun tidak nampak penuh di langit. Hanya ada beberapa bintang yang terlihat di langit yang luas itu, Bulan pun tampak malu menampakkan cahayanya. Hembusan angin dari segala arah pun membuat kulit pun peka merasakan dingin.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Panji masih setia menunggu Aya yang sedang berjualan menunggu Mas Budi yang belum kunjung datang.
"Aya ... Setelah ini kita makan nasi goreng langganan aku. Kamu pasti suka." ucap Panji pelan, tatapan matanya tertuju pada Aya yang sedang membakar jahe.
Aya hanya mengangguk pelan tanda setuju. Perutnya sudah lapar dari tadi, nasi goreng makanan favoritnya. Biasanya Ibu akan membuatkan, tapi kali ini tidak ada Ibu yang menyambut kepulangannya.
Rasa sesak itu datang kembali memenuhi hatinya. Melihat semangat Panji yang setia menemaninya hingga kehidupan nyatanya mungkin terbengkalai Aya pun optimis dengan cita-cita dan masa depannya.
Lalu bagaimana dengan Firman dan perasaannya yang harus dikubur??
9999999
Seminggu telah berlalu keadaan Aya pun semakin membaik. Panji selalu setia mengantar dan menjemput Aya untuk sekolah dan pulang sekolah. Kemudian mengantarkan Aya untuk kembali bekerja di Angkringan setelah satu minggu di adakan acara tahlilan di rumahnya. Ini malam pertama Aya bekerja kembali di Angkringan Alkid milik Mas Budi.
"Kamu yakin akan mulai bekerja Aya?" tanya Panji yang sedang memarkirkan motornya.
"Iya Mas. Kau harus bekerja untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Kalau ada job lain aku mau, untuk Foto model produk atau Fashion Show butik." ucap Aya pelan.
Aya memang tidak pernah masuk Agency. Aya berlatih semuanya secara otodidak, kebetulan di sekolahnya ada ekstrakurikuler Fotografi. Disana Aya belajar. Aya memang cantik, itu modal satu satunya yang Aya miliki.
"Aya ... Dua Minggu lagi, magangku selesai. Aku harus kembali ke kotaku. Aku .... " ucapan Panji pun belum sempat terlontar.
"Aya ... welcome ... Kamu benar sudah by lebih baik?" tanya Mas Budi pelan.
"Iya Mas Budi. Mudah mudahan Aya bisa melewati semuanya dengan baik." ucap Aya pelan. Walaupun hatinya masih sedih mengingat itu.
Fathur adiknya pun begitu terpukul dan sudah beberapa hari ini mengurung diri di kamarnya. Aya hanya mengirim makanan ke kamar Fathur dan menyuapinya.
"Kalian pacaran?" tanya Mas Budi kepada Aya dan Panji.
Mereka berdua saling bertatapan entah apa hubungannya saat ini. Yang jelas mereka dekat bahkan sangat dekat, satu sama lain saling mengisi dan saling mendukung. Semenjak Ibunya meninggal hanya ada Panji yang menguatkan Aya, bahkan Fadil Sang Kakak pun tidak diberitahu tentang kabar duka Ibunya yang telah tiada.
"Betul Mas Budi. Kami sudah pacaran. Makanya aku selalu menjaga Aya." ucap Panji mantap.
Aya hanya menatap Panji dengan bingung. Hatinya memang kosong, dan semenjak ada Panji, hanya pria itu yang membuat semangatnya tumbuh kembali. Hidupnya makin berwarna dan indah. Panji itu sosok pria dewasa yang bisa ngemong dan lucu. Hari hari yang mereka lalui selama satu minggu ini cukup berkesan dan mulai tumbuh rasa sayang di hati Aya. Tapi apa mungkin seorang Panji menyukainya? Atau hanya sekedar mengasihaninya?, gumamnya dalam hati.
"Kenapa bengong Aya?" ucap Panji yang mengibaskan tangannya di depan wajah Aya lalu menjawil hidung mancung itu.
Sontak Aya pun terkejut, dan tersenyum malu-malu ke arah Panji.
"Kita bahas itu nanti. Aku hanya ingin kamu tahu perasaanku. Dan aku akan menjagamu." ucap Panji lirih di dekat telinga Aya.
Aya mulai berjualan setelah Maghrib. Karena waktunya habis untuk sekolah dan membersihkan rumahnya. Mas Budi selaku pemilik Angkringan pun tidak masalah, minimal ada yang membantunya saat Angkringan ramai. Baginya Aya adalah aset yang harus dipertahankan, banyak pelanggan buang mengagumi kecantikannya dan sering mampir ke Angkringan ini.
Nunu adalah salah satu sahabat Panji di Kost. Malam ini Nunu yang bertugas menemani Fathur di rumah. Fathur yang jiwanya sedikit terguncang karena trauma pun harus di obati dengan cara bersenang-senang agar bisa melupakan kesedihannya.
Nunu dan Fathur mengisi waktu dengan bermain PlayStation atau game on-line. Bisa juga coba Mie Samyang yang lagi viral. Sambil menunggu Panji dan Aya pulang dari berjualan.
Malam ini langit tampak mendung, bintang pun tidak nampak penuh di langit. Hanya ada beberapa bintang yang terlihat di langit yang luas itu, Bulan pun tampak malu menampakkan cahayanya. Hembusan angin dari segala arah pun membuat kulit pun peka merasakan dingin.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Panji masih setia menunggu Aya yang sedang berjualan menunggu Mas Budi yang belum kunjung datang.
"Aya ... Setelah ini kita makan nasi goreng langganan aku. Kamu pasti suka." ucap Panji pelan, tatapan matanya tertuju pada Aya yang sedang membakar jahe.
Aya hanya mengangguk pelan tanda setuju. Perutnya sudah lapar dari tadi, nasi goreng makanan favoritnya. Biasanya Ibu akan membuatkan, tapi kali ini tidak ada Ibu yang menyambut kepulangannya.
Rasa sesak itu datang kembali memenuhi hatinya. Melihat semangat Panji yang setia menemaninya hingga kehidupan nyatanya mungkin terbengkalai Aya pun optimis dengan cita-cita dan masa depannya.
Lalu bagaimana dengan Firman dan perasaannya yang harus dikubur??
Mereka berdua sudah berada di atas motor. Tangan Aya sudah melingkar di perut Panji. Ini bukan kali pertamanya Aya memeluk Panji. Ada rasa nyaman disana, rasa yang sama ketika bersama Kakak laki-laki nya. Perasaan Aya saat ini seperti ombak yang terombang-ambing di pantai.
Aya hanya menjalani kehidupannya, janjinya kepada Sang Ibu untuk tidak berpacaran pun ia ingat.
'Aya, jadi perempuan itu susah susah gampang. Semakin kamu sempurna maka jodohmu itu semakin jauh, tapi kalau kamu tidak menyempurnakan dirimu maka kamu akan di injak-injak oleh lelaki. Jadilah perempuan yang tangguh dan mandiri, yang tidak bergantung pada laki-laki. Karena di saat kamu ditinggalkan, maka hidupmu bisa terus berjalan dengan baik. Lihat Ibu?? Saat Ayah sudah tidak ada lagi, Ibu masih bisa mencari uang walaupun hanya sedikit. Jadi jaga dirimu dengan yang namanya laki-laki. Tapi ingat jangan juga menyakitinya dengan menolak secara kasar. Kamu harus membatasinya saat pertama berteman, apa yang menjadi keinginan dan cita-cita kamu, Ibu rasa mereka akan mengerti. Kalau jodoh maka tidak akan dijauhkan.'
Begitu kira kira pesan Ibu Aya kepada anak perempuan semata wayangnya. Ibu Aya begitu menjaga kesucian anak wanitanya ini.
Sesuai janjinya tadi, Panji akan mengajak makan malam bersama Aya. Makan nasi goreng dan lesehan di tempat sederhana.
"Masih jauh Mas Panji?" tanya Aya pelan. Tubuhnya di condongkan ke depan agar Panji mendegar suaranya.
"Enggak Aya... Itu yang tenda di depan." ucap Panji setengah berteriak.
Panji pun membelokkan motornya ke arah parkiran dan memarkirkan motornya disana. Saat ini sudah pukul sebelas by malam lebih, tenda lesehan pun sudah mulai sepi pengunjung. Aya dan Panji pun duduk di pinggir tenda keluar dan membaca menu yang ada di meja.
"Pesan apa Mas, Mbak?" tanya seorang pria mendekati meja Aya dan Panji serta membawa notes kecil untuk mencatat pesanan pelanggannya.
"Kamu mau apa Aya? Aku yang traktir, kamu tenang saja." ucap Panji pelan sambil menatap Aya yang masih tampak bingung memilih.
"Aku mau nasi goreng seafood tapi gak pedes ya Mas. Minumnya teh manis panas, inget yang panas." ucap Aya dengan penuh penekanan.
"Sama Mas, tapi yang satu pedes ya. Aya itu bibir bisa melepuh kalau minum air panas." ucap Panji menggoda lalu tersenyum.
"Mas Panji nih kebiasaan, sukanya godain Aya terus. Ekhhmmmmm Mas, boleh tanya sesuatu gak? Tapi gak boleh marah ya." ucap Aya pelan.
"Mau tanya apa? Aku gak akan marah Aya." ucap Panji pelan.
"Bagaimana perasaanmu terhadap Mbak Friska? Apalagi dia sudah mengandung anak Kak Fadil?" tanya Aya pelan sambil menunduk. Aya takut pertanyaannya membuat Panji benci terhadapnya.
Panji hanya tersenyum melihat tingkah Aya yang unik itu.
"Kalau mau tahu jawabannya lihat sini dong, kok nunduk terus sih. Aku kan mau lihat cantiknya jodoh masa depanku." ucap Panji pelan dan tersenyum manis.
Aya pun menegakkan duduknya dan meluruskan pandangannya menatap Panji. Matanya melorot mendegar ucapan itu, bukan kaget tapi terdengar sangat lucu.. Jodoh di masa depan?, gumamnya tertawa dalam hati.
"Mas ... dilarang godain perawan." ucap Aya pura pura ketus. Pandangannya tidak putus menatap wajah tampan dan manis itu. Wajah yang nampak serius tidak main-main dan tulus.
"Hanya takdir yang menentukan Aya. Kembali ke pertanyaan kamu. Aku ... sama Friska itu ... awalnya .... " ucapannya terhenti saat pesanan nasi goreng pun datang.
"Ini yang pedas buat Mas nya, dan ini yang tidak pedas buat Mbak nya. Mbak ... Namanya Fadila bukan? Boleh minta foto gak?" ucap lelaki pengantar pesanan itu.
"Iya saya Fadila. Ada apa?" tanya Aya yang semakin bingung.
"Ya ampun, ini Mbak .... " ucap lelaki itu mengambil majalah bersampul kan Aya disana.
"Lihat ini foto Mbak Fadila kan? Gadis penjual Angkringan???" tanya lelaki itu yang nampak antusias ingin berfoto dengan Aya.
"Sudah Aya. Foto aja, apa perlu aku yang fotoin???" ucap Panji pelan..Dalam hatinya tersenyum bahagia, hasil jepretan karyanya masuk ke dalam sampul utama majalah remaja terkenal itu.
Aya tampak kaget dan bingung hanya mengangguk pasrah. Lalu Aya berfoto dengan lelaki itu dengan beberapa gaya. Tidak sampai di situ lelaki itu pun minta tanda tangan Aya. Sudah seperti artis saja rupanya.
"Sudah ya Mas, saya lapar mau makan dulu, keburu dingin." ucap Aya lembut dan sopan.
Panji hanya tersenyum menatap gadisnya ini yang semakin lama memang terlihat semakin cantik dan ayu.
"Mas Panji, gak usah lihatin aku kayak gitu. Teruskan tadi jawabannya, aku gak lupa." ucapnya kemudian.
"Kamu gak penasaran Aya, kenapa wajahmu ada di majalah itu." tanya Panji pelan.
"Itu akan aku tanyakan setelah aku mendapat jawaban tentang Mbak Friska." ucap Aya dengan tegas.
Panji hanya menggelengkan kepalanya, wanita di depannya ini adalah wanita yang tegas.
"Oke dengarkan ya. Aku dan Friska itu kenal di kampus, kita kuliah di kampus yang sama. Waktu itu aku bekerja paruh waktu di toko mebel milik ayahnya. Ayah Friska yang menjodohkan aku dan Friska. Awalnya hubungan kami baik baik saja. Tapi lama kelamaan hubungan kami renggang dan jauh. Pernah suatu kali Wibisono dan Raka beberapa kali memergoki Friska masuk hotel bersama pria lain, tapi bukan Fadil. Dia adalah ...." ucap Panji pelan. Ucapannya sengaja di putus, ini adalah suatu rahasia yang sedang akan dibongkar.
"Kenapa Mas? Menurut kamu Kak Fadil dijebak?" tanya Aya dengan sedikit keras.
"Aku sedang menyelidiki kasus ini Aya. Apa motif di balik ini semua. Masalah Kak Fadil, aku belum bisa menjawab, aku belum mendapatkan informasi yang akurat." ucapnya pelan.
Wajah Aya pun berubah sedih dan sendu. Bila benar kakaknya di jebak. Apa maksud dari semua ini, gumamnya pelan.
"Aku tahu kamu mungkin tidak percaya. Aku harus cari bukti konkrit Aya. Agar kesalahpahaman ini bisa terungkap. Tapi menurut keyakinan aku, bayi yang di kandung Friska bukan benih dari Fadil kakakmu. Mungkin ada dendam kesumat." ucap Panji pelan.