Aku tersenyum menang dan berkata, “Bagus. Mulai besok kamu harus pindah dan tinggal di yali ku. Kamu harus membiasakan diri dengan lingkungan baru.” “PINDAH?” Emira berteriak karena kaget. “Sssst… apa kamu tidak bisa mengecilkan suaramu saat terkejut, Emira?” aku dengan wajah kesal menyuruh Emira mengecilkan suaranya. “Tentu saja aku terkejut. Kita belum menikah tapi Tuan telah menyuruhku untuk pindah.” Emira mengerutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya. “Aku tidak bermaksud apa-apa, Emira. Lagi pula empat hari ke depan aku ada urusan di luar negeri. Jadi kamu bisa tinggal bersama maid di rumah.” Emira masih menatapku dengan wajah kesal. “Tapi…” “Sudah, tidak ada kata tapi-tapi.” Aku kembali tersenyum menang pada Emira, sedangk