Mengingat pernikahan Astrid, membuat Timo melemah, pikirannya berkecamuk dan dia menganggap itu adalah hari terburuk dalam hidupnya. Dia merasa sangat lemah ketika melihat putra satu-satunya yang murung, lalu harus menghadapi sikap genit Hesti yang semakin berani, dan mau tidak mau dia juga melihat wajah murung Numa di sepanjang acara dan itu melukai hatinya. “Aku cemas melihatmu cemberut, dan aku tahu itu beralasan. Tapi aku ingin kamu ngerti keadaanku,” ujar Timo. “Aku kesal sekali kamu diamkan aku. Aku sudah persiapkan segalanya, ingin menyenangkan kamu, karena hanya kamu yang aku sayang.” Numa memeluk Timo kuat-kuat, menyesal telah mendiamkan Timo. Seharusnya dia tidak bersikap begitu dan dia bisa bicara baik-baik. “Om.” “Ya?” “Aku dengar dari orang yang bernama Rahmat, dia bilang