Numa kembali ke ruang kerja papanya dan sudah ada minuman di tangannya, es cendol yang dia beli dari kantin bengkel. Dia juga membelikan untuk papanya, meletakkannya di dalam kulkas karena papanya sedang berada di luar. Numa semangat mengetik sambil memperhatikan keadaan workshop, melihat tubuh tinggi tegap Timo yang sedang bekerja. Sesekali Timo menoleh ke atas dan melihatnya, membuat Numa bahagia dan senang. Numa tersenyum tipis mengingat apa yang dia alami barusan di ruang ganti. Tidak mengerti kenapa dia yang tidak bisa menahan diri dari perasaan kerinduan. Sepertinya, hanya Timo yang memahaminya di dunia ini, tidak ada yang lain. Numa menyadari bahwa dirinya benar-benar sedang jatuh cinta. Numa merasakan aliran hangat di miliknya, dan tubuhnya menghangat, termenung mengamati Timo