Numa hanya mampu memasrahkan sekujur tubuhnya diselimuti kenikmatan jilatan Timo di miliknya. Kedua tangannya mencengkeram kuat alas kasur dan matanya nanar ke langit-langit kamar, dia tersenyum saat merasakan desakan-desakan nikmat dari dalam tubuhnya. Entah kenapa dia merasa sangat nyaman dan tenang, berulang kali berucap cinta dan sayang kepada Timo, ingin selamanya bersamanya. Begitu pula dengan Timo, erangan dan desahan Numa mengundang birahi, membuatnya terdesak dan tubuhnya bergejolak. Merasa hangat sekaligus terangsang, Timo memundurkan wajahnya sebentar. “Jangan berhenti, Om Timo,” ujar Numa. Tubuhnya menggeliat ke atas dan ke bawah, seolah ingin mencari kenikmatan lebih dalam. Timo melepas seluruh pakaiannya dengan cepat, lalu kembali menjilat. Kali ini dia tampak lebih buas,