“Mm… Aku ingin menemui Orin. Aku ingin bicara banyak hal kepadanya. Tidak akan mungkin aku bisa membicarakan hal sepenting itu di telepon,” kata Naomi dengan lembut. Osman mengangguk. “Baiklah, kita akan cari waktu yang tepat untuk menemui Orin dan membahas hal ini.” “Makasih, Mas. Kamu masih mau kasih waktu untuk aku menyelesaikan ini. Oh ya, soal Rehan dan Saddam, jadi kamu sudah tahu sejak lama kalau mereka itu bukan anak- anakmu?” tanya Naomi dengan tatapan sendu. “Ya.” “Dan kamu tidak bilang ke aku?” “Untuk apa? untuk membuka aib Orin? Menurutku saat itu, aku hanya ingin menjaga aib Orin. Tdak lebih.” Naomi mengangguk. “Jadi siapa ayah biologis anak- anak itu?” “Pak Ikmal. Mantan CEO di perusahaan tempat kerjaku.” “Loh, yang kita hadir di pernikhannya itu?” tanya