Aroma wangi merasuk ke pernapasan Orin. Ini aroma badan Osman benar- benar khas sekali. Dan kenapa pria ini duduk menempel begini? apakah dia tidak bisa duduk menjarak sedikit? Kursi itu tidaklah pendek, rasanya masih bersisa jika hanya untuk duduk berdua. Buktinya, tadi ia tidak bersempit- sempitan begini saat duduk berdua dengan Naomi. Lengan kekar Osman terasa keras menggesek lengan Orin. Meski lengan kekar itu dilapisi kemeja, tetap saja terasa intens di kulit Orin. “Bagaimana pemeriksaannya?” tanya Orin. “Masih harus menunggu.” “Ya Tuhan, apakah Rehan masih bisa bertahan jika harus menunggu lama lagi?” Orin menunduk dan mengusap wajahnya dengan resah. Tiba- tiba pundak Orin dilingkari lengan kokoh nan berotot, membuat tubuhnya yang seharusnya merasa dingin, tiba- tiba