Eh? Orin mengerjapkan mata. Sepersekian detik dia baru sadar bahwa sosok di depannya itu bukanlah malaikat maut, tapi Osman, suaminya. Plak! Orin memukul pelan pipi Osman, membuat pria itu mengerjap kaget. “Kenapa kamu banting badanku?” Orin kemudian menjepit hidung mancung suaminya. “Hei, tenang!” Osman menjauhkan kepala supaya terlepas dari serangan tangan Orin. “Aku tersandung saat menggendongmu, aku bermaksud ingin memindahkanmu ke kasur karena kamu tertidur di lantai.” Orin mengangkat alis. Lalu menempelkan punggung telapak tangannya ke kening Osman. “Tidak sedang sakit kan? Tumben.” Osman mencubit pipi Orin kemudian melanjutkan aksinya menggendong istrinya itu dan emmindahkan ke atas kasur. Meski Orin sudah dalam keadaan terjaga, dia tetap melanjutkan tanggung jawabnya