“Aku lihat mantanmu di sini tadi.” Lastra meneguk ludah, menjulurkan tangan di bawah meja untuk memegang tangan Levi dan meremasnya. Cemas, kalau-kalau sang suami pencemburunya itu akan kembali berulah kekanakan. Dan, kalau sudah seperti itu, mereka pasti akan kembali berdebat. Lastra terkadang pusing sendiri dibuatnya. Entah harus memakai jurus apa, agar kadar cemburu Zio itu bisa berkurang dan berada dalam batas wajar, tidak berlebihan. “Tapi kenapa dia bisa datang sama Anggit? Apa dia sudah cerai sama—” “Kamu kenal ceweknya, Mas?” potong Lastra. “Kata Levi dia selebgram sama pengusaha.” Zio bungkam sejenak, membuat Lastra memicing curiga. Dan sejurus kemudian terbersit sesuatu di benaknya. “Mantan kamu ya! iya kan! Pasti si Anggit itu pernah pacaran sama kamu. Ayo jawab!” “Anggit?”

