Lastra mematut dirinya dari pantulan cermin. Memiringkan tubuhnya berulang kali, hanya untuk memastikan gaun yang dipakainya tidak terlalu menonjolkan beberapa lemak, yang masih betah menempel di beberapa bagian tubuhnya. Gaun yang dipilihnya untuk gala diner malam ini, berpotongan longgar. Sama sekali tidak mengetat ketika membalut tubuh yang saat ini semakin berisi. Terkadang, Lastra merindukan tubuh seksinya yang dulu. Padahal, Zio tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. “Mau dibolak balik bagaimanapun, kamu itu tetap cantik, tahu gak.” Zia berjalan perlahan menghampiri Lastra dan mengalungkan tangannya begitu erat. Memberi satu kecupan pada leher jenjang yang kini terekspos karena surai legam istrinya itu, sudah di cepol rapi. “Aku pengen fitness, tap—” “Gak boleh,” sambar Zi

