“Lastra … ? bener ini kamu!” Lastra tersentak kaget mendengar namanya disebut saat ia sedang menunduk memilih cemilan yang ada di hadapannya. Ia lebih kaget lagi saat mendapati bahwa pria yang memanggilnya adalah pria yang pernah mengisi hari-harinya dengan tawa sekaligus luka.
“Ka-k Tama?”
“Astaga bener kan?! kamu apa kabar? kemana aja selama ini Last?” pria itu berbicara seolah-olah diantar mereka tidak pernah terjadi suatu hal apapun.
“Baik Kak.” Lastra berusaha bersikap wajar dan menatap lekat wajah pria yang saat ini semakin dewasa juga semakin … tampan … “Kak Tama apa kabar?”
“Kabarku, kurang baik.” Tama melangkahkan kakinya menghabiskan jarak yang ada di antara mereka berdua. Melihat Lastra yang saat ini ada di hadapannya, ia seakan lupa dengan status yang disandangnya saat ini.
“Ku-kurang baik?” Lastra mematung saat pandangan mereka terkunci.
“Aku, kangen kamu Last …” Tama menatap sendu wajah Lastra, saat tangan pria itu terangkat hendak menyentuh Lastra, seorang wanita datang dan menghempas kasar tangan Tama.
“Apa-apaan kamu mas!” Desis wanita itu langsung menoleh bergantian ke arah Lastra dan Tama lalu sontak terkejut dengan apa yang di lihatnya saat ini. “Lastra! iya kan?! Mas kamu!” Seketika wanita tersebut langsung menyiramkan mocktail yang digenggamnya ke wajah Lastra sehingga membasahi bajunya.
“Dera!!!” bentak Tama, lalu menoleh ke Lastra. “Kamu gak papa Last?” tanya Tama sambil membuka jas yang ia kenakan bermaksud memakaikannya ditubuh Lastra.
“Mas! Kamu gak nganggep aku apa?!” lalu menyaut jas dari tangan Tama. “Aku ini istri kamu!” sembari memandang sinis ke Lastra
Istri… kak Tama suaminya Dera… mereka menikah … batin Lastra, dadanya tiba-tiba sesak tenggorokannya tercekat tidak bisa berkata apapun. Ia langsung berbalik dan melangkah meninggalkan sepasang suami istri yang sedang bertengkar tersebut.
“Heh, enak aja main pergi!” Dera menarik kasar tangan Lastra tidak membiarkan pergi.
Ssorry, aku gak punya urusan sama kalian!” Sentak Lastra dan menepis tangan Dera.
“Wahh, si p*****r kecil ini sekarang sudah punya nyali rupanya”
“Dera, jaga mulut kamu! kamu gak tau malu apa!!” Tama menarik tangan Dera untuk keluar dari gedung tapi Dera menghempaskan tangan suaminya itu seketika. Dera masih memandang dengan penuh amarah ke arah Lastra.
“Kak Tama, pasti nyesel banget ya punya istri kayak Dera, gak tau malu!” Ejek Lastra.
“Kamu!” Dera yang emosi langsung menghampiri Lastra mengangkat tanganya untuk menampar Lastra.
Tangan Dera yang hampir menyentuh pipi Lastra langsung di tangkap dan dihempas kasar oleh Zio.
“Lo... sentuh sedikit aja tubuh pacar gue, tangan lo, gue patahin, gue gak peduli meski lo itu cewek!” Bentak Zio menunjuk Dera dengan amarah lalu menatap Tama dengan tajam.
“Dia pacar kamu Last?!” Tama menatap Lastra memohon jawaban. “Last lihat dan jawab aku?” Tanpa memperdulikan Dera yang ada disampingnya.
“Mas, kamu harusnya belain aku, istri kamu!!”
Istri… kenapa dadaku sesak banget waktu dengar kata itu dari mulut Dera.
Lastra lalu menggenggam erat tangan Zio lalu menatapnya dengan sayu. “Kita pulang …” Zio pun mengangguk dan segera membawa Lastra pergi dari sana.
“Pak Zio, maaf yang tadi.” Ucap Lastra saat Zio sudah mendudukan dirinya di belakang kemudi."Maaf, udah bikin malu Bapak."
“Mereka siapa ?” Zio memutar tubuhnya menghadap Lastra yang saat ini sedang memasang sabuk pengaman.
“Panjang ceritanya”
“Waktuku banyak malam ini! Kalau kamu gak cerita …”
“Ngancem mau pecat saya lagi?” Lastra terkekeh memotong ocehan Zio. “Oia, Pak Zio pasti bawa baju ganti kan, saya boleh pinjam ya”
“Pinjam? Emang baju kamu kenapa?”
“Basah Pak, sampe kedalem-dalem.” Cengir Lastra
“Kok bisa?”
“Disiram tadi, di dalam." Lastra terkekeh kering.
Zio yang mendengarnya kaget karena ia memang tidak melihat keseluruhan kejadian yang menimpa Lastra. Zio memang agak lama meninggalkan Lastra, ia berpamitan sebentar untuk ke toilet, tapi saat keluar ia lagi-lagi bertemu dengan teman sekolahnya dan berbincang-bincang cukup.
“Ck kamu kok gak bilang?!” Zio lalu mengambil satu buah kaos yang terletak dikursi belakang. Ya, Zio memang selalu membawa beberapa pakaian di mobilnya karna ia tidak betah jika baju yang ia kenakan basah oleh keringat jika sewaktu-waktu ada pekerjaan lapangan yang harus ia handle.
“Nih.” Sambil menyerahkan sebuah kaos berwarna hitam kepada Lastra. “Kamu ganti dulu gih, aku tunggu di luar.”
“Gak usah pak, tadi di depan saya lihat minimarket, tolong mampir situ bentar ya, soalnya lengket banget harus dibilas.” Zio pun mengangguk lalu menjalankan mobilnya.
Zio bersandar pada pintu mobil yang sedang diparkir di depan minimarket menunggu Lastra yang sedang meminjam kamar mandi sambil memainkan ponselnya.
Tak lama Lastrapun keluar dengan mengenakan kaos Zio yang ukurannya dua kali dari tubuhnya. Ia memasukkan separuh lebih bagian bawah kaos ke dalam rok batik yang ia kenakan, mengurai lepas rambutnya menutupi d**a dan make up yang ia kenakan, juga sudah terhapus sebagian saat ia membasuh wajahnya. Ia menenteng dua buah kantung plastik berisi bajunya yang basah dan satu lagi berisi air kemasan yang baru saja ia beli.
“Nih Pak, minum dulu.” Zio mengangkat wajahnya memandang wajah cantik Lastra yang belakangan ini sering sekali berputar-putar di kepalanya. Ini kali kedua ia melihat Lastra mengurai lepas rambutnya setelah pertama kali ia melihatnya di Ocean Klub, hanya saja kali ini wajah Lastra terlihat lebih natural dan hal ini semakin membuat Zio tertarik.
“Makasih, masuk gih.” Zio lalu membukakan pintu untuk Lastra, setelah Lastra masuk Zio dengan cepat berputar dan masuk ke dalam mobil melajukan mobilnya.
“Aku nunggu kamu cerita lho ini Last” Tegur Zio melihat Lastra yang sedari tadi hanya diam melamunkan sesuatu.