Sudah tiga hari ini Zio tidak datang ke kantor karena ia sedang mengerjakan sebuah proyek di luar kota di temani oleh asistenya Diki. Secara otomatis pekerjaan Lastra saat ini bertambah banyak karena harus mengurusi tugas Diki seorang diri. Dia berandai jika Levi ada di sini membantunya, tapi tidak mungkin karena pengantin baru itu pasti sedang bulan madu dan baru akan masuk senin pekan depan.
Tapi di satu sisi Lastra bersyukur karena sudah tiga hari ini pula ia terbebas dari bosnya, Fazio Andrea. Kalau dulu ada atau tidak ada, Zio di kantor bukanlah hal yang penting bagi Lastra karena ia bekerja dengan sangat professional dan sangat fokus. Tapi setelah kejadian di klub tempo hari semuanya berubah, apalagi kalau bukan sikap bosnya Zio yang tiba-tiba menyebalkan dan ia merasa kalau Zio telah mencampuri ranah pribadinya terlalu dalam.
Dering ponsel tiba-tiba membuyarkan lamunanya
Mas Diki, gumamnya, lalu segera menggeser icon berwarna hijau pada benda pipih yang ia pegang.
“Halo mas, ada apa?”
“Last, tolong hubungi sekretaris Pak Arjuna dari Satya Grup, tolong jadwal ulang pertemuannya ya, karena kami baru bisa pulang besok siang”. Ucap Diki
“Oke Mas beres, jangan lupa titipan aku ya." Balas Lastra sembari terkekeh.
“Siap Nyah!” Diki lalu mematikan ponselnya di ujung sana.
Lastra yang mendengarnya hanya terkekeh dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
==
“Last, nih titipan kamu!” Diki menaruh beberapa cemilan di meja kerja Lastra yang dipesan saat ia bertugas keluar kota dengan Zio.
“Lho ngapain ke kantor Mas? dah jam segini kenapa gak sekalian pulang sih?" Tanya Lastra seraya memilah cemilannya satu-persatu. "Oia, makasih ya udah mau aku repotin, berapa semua nanti pulang biar aku transfer.” Lastra menyunggingkan senyum manis, melihat semua pesanannya lengkap dan tidak ada satupun yang terlewat.
“Bos kamu tuh nyuruh ke kantor dulu, padahal kan dah kangen rumah.” Keluh Diki.
“Kangen istri kali ya … kan penganten baru …" Sindir Lastra mencebikkan bibirnya. "Apa kabar kita yang masih jomblo? siapa gitu yang ngangenin.” Kekeh Lastra.
“Ada tuh, bos kamu.” Sambil menunjuk Zio dengan dagunya, yang baru saja keluar dari lift dan berjalan ke arah mereka.
“ish apaan!!” Sewot Lastra yang langsung memberengut.
“Diki, ikut saya.” Perintah Zio melewati meja Diki dan langsung masuk ke ruangannya tanpa menoleh Lastra sedikitpun.
Diki mengangguk bergegas berdiri menyusul Zio, namun ia berhenti sejenak berbicara dengan Lastra. “Oia gak usah ditransfer Last, itu semua yang ada di meja kamu Pak Zio yang bayarin.” Sambil mengerling genit ke arah Lastra, lalu pergi dengan cepat memasuki ruangan Zio.
Lastra yang mendengarnya hanya bisa bengong membuka mulutnya, sambil mencerna apa yang di katakanoleh asisten Zio itu.
Sepuluh menit sebelum jam kantor berakhir, Diki keluar ruangan dengan wajah lesu, membawa setumpuk berkas di tangannya.
“Kok lesu Mas? tugas negara ya?" Kekeh Lastra meledek.
“Iya, besok Bos keluar kota lagi soalnya, pulang dulu ya, udah kangen rumah nih!” Desah Diki.
“Kamu kangen rumah, apa kangen istri Dik!?” Diki kaget lalu tertawa mendengar ucapan Zio yang sudah ada di luar pintu dan berjalan ke arah Lastra. Zio lalu mengeluarkan dompet dan mengambil sebuah kartu untuk diberikan ke pada Lastra.
“Eh apa ini Bos?!” Lastra bingung memandang Diki dan Zio bergantian sambil menunggu jawaban. Ia bukannya tidak tau kartu apa yang di berikan Zio kepadanya, tapi untuk apa Zio memberikan kartu tersebut kepadanya.
Zio sedikit menunduk dengan kedua tangannya memegang sisi meja. “Pergilah ke butik, belilah gaun terbaik dan semua yang dibutuhkan untuk pesta, saya jemput sabtu malam pukul 7.” Lalu berbalik dan melangkahkan kakinya dengan santai menuju lift.
Diki yang tadinya berencana untuk segera pulang, tiba-tiba mengurungkan niatnya. Ia kembali duduk di kursinya dan menghadapkan tubuhnya ke arah Lastra menatapnya penuh tanda tanya.
“Ehmmm…” Diki berdehem menatap Lastra yang masih bengong dengan pandangan yang masih menatap lift, di mana tubuh Zio telah masuk dan menghilang.
“Last… oi Last udahan bengongnya! Kamu sama bos Zio… emmm gak enak aku ngomongnya… kalian berdua ada hubungan apa? Aku ketinggalan gossip nih habis cuti” ucap Diki penasaran
“gak ada, gak ada hubungan apa-apa, aku pulang duluan ya mas, bye” Lastra bergegas mengambil tasnya dan berlari kecil menuju lift bermaksud menghindari pertanyaan Diki lebih lanjut.
Tapi tidak semudah itu, Diki pun langsung berjalan cepat segera mensejajarkan dirinya di samping Lastra yang sedang menunggu lift terbuka.
“kamu cepat-cepat gini, akunya makin curiga tau gak” Diki mengulum senyumnya sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift berdua dengan Lastra.
“kalian pacaran ya?”
“gak mas” elak Lastra
“beneran?!”
“iya!”
Diki masih berfikir sambil mengelus-elus dagunya.
“sepertinya bos Zio suka sama kamu deh Last, kemarin waktu dia tau makanan yang aku beli itu titipan kamu, dia langsung bayarin semuanya, jadi curiga kan!” sambil mengulum senyum yang tak bisa di artikan.
Lastra hanya mengangkat bahunya dan melangkahkan kakinya keluar dari lift masih diikuti Diki yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri.
“eh Last aku antar deh”
“gak!! tambah pusing aku nanti dengarin ocehan mas di mobil, bye!” Lastra pun segera berlari keluar meninggalkan Diki yang masih sibuk mencari-cari kunci mobilnya yang ternyata tertinggal di laci mejanya sehingga mengharuskannya kembali ke atas.