Lastra memasuki sebuah restoran dengan terburu. Namun tetap dengan hati-hati karena ia tengah mendorong stroller. Sesuai janjinya dua hari yang lalu, hari ini Lastra akhirnya bisa bertemu dengan Tama. “Sorry, Kak.” Lastra duduk bersebrangan dengan Tama. Meletakkan stroller disamping meja. “Aku gak bisa lama-lama, 15 menit cukup?” Tama menghela napas, menyodorkan amplop cokelat yang sedari tadi berada di atas meja. Benda persegi tersebut, memang sudah ia siapkan terlebih dahulu. Memasang wajah memelas untuk dapat meraih simpati mantan kekasihnya itu. “Apa ini?” tanya Lastra meraih amplop tersebut dan membukanya. Mulutnya terbuka setelah menarik beberapa tumpukan kertas foto yang ada di sana, Melihatnya satu persatu dengan wajah pias dan tangan yang tremor. Terlihat beberapa foto Zio dan

