Gerakan teratur dan seirama yang dilakukan Zio semakin cepat, peluhnya pun sudah menitik, memburu rasa nikmat yang sebentar lagi akan mencapai puncak. Alunan desah yang dilagukan oleh sang istri pun, semakin membuat hasratnya semakin menggila.
“Mas …”
“Bentar … dikit lagi,” sahut Zio yang mengerti dengan maksud sang istri, yang kini berada di bawahnya.
“Tap—”
“Sshh …”
Dan tidak berapa lama kemudian, Zio menggeram. Tubuhnya menegang, menyebut nama Lastra dalam erangan nikmat tiada tara ketika sudah mencapai puncak penyatuan.
“Last—”
“Minggir!” potong Lastra dengan terburu.
Euforia pelepasan yang ada pun tidak berakhir sempurna. Lastra buru-buru mendorong tubuh Zio dengan sekuat tenaga untuk melepas penyatuan mereka. Menurunkan kedua kaki dari ranjang dan meraih gaun kimononya yang t
