Aku memberi Pak Dzaki waktu untuk bicara dengan Nara, tampak membujuk putri kesayangannya dengan menunjukkan sepatu yang tadi kami pilih. Cukup ampuh meski Nara tetap ingin bertemu papanya, entah Dzaki yang harus pulang atau Nara ingin menyusul ke Jakarta. “Minggu depan ke sini ya, susul Papa pas Nara sudah libur.” “Sayang Papa,” ucap Nara lagi sebelum menutup telepon dengan ayahnya. Aku tersenyum kecil mendengarnya, Dzaki apalagi, “I love you anak baik, sunshine-nya Papa.” “Sebelum ditutup teleponnya, Nara mau sapa Tante Dillah dulu?” Tidak lupa Pak Dzaki kembali bicara. Aku cukup terkejut saat ia kembali menyebut namaku. Aku takut Nara kembali marah. “Enggak mau! Nara enggak suka!” ujarnya. Dzaki langsung menatapku, “kok begitu? Tante Dillah lho yang bantu Papa pilih sepatunya.