Pelarian semata?

2603 Kata

Ketika pengumuman dari pramugari menyatakan bahwa pesawat akan segera tiba digerbang bandara tujuan, aku terbangun dengan lembut. Butuh beberapa detik bagiku untuk menyadari posisiku. Aku merasakan hangat pundak Athaar di bawah kepalanya dan jarak di antara kami yang sangat dekat. Seketika, pipiku memanas, rasa canggung dan gugup menyusup cepat di dadaku. Aku segera menegakkan tubuhku, mencoba untuk tidak terlihat terlalu panik meski hatiku berdebar kencang. Seolah antusiasnya siap membuatku kewalahan. Aku mengutuki diriku dalam hati, bagaimana mungkin aku bisa tertidur begitu lelap dan bersandar di bahu Athaar? “Maaf, aku enggak sadar kalau ketiduran,” ucapku terbata-bata pun serak, menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang mungkin memerah. Athaar menoleh, bibirnya melengkung memben

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN