Dalam kontrakan kami yang sederhana ini, aroma pempek masih menguar memenuhi ruangan. Suara sendok yang berbenturan dengan piring tidak cukup mengubah suasana yang canggung menjadi hangat. Athaar baru saja menyelesaikan makan malam yang dia sangat nikmati, bersamaan dengan kemunculan Candani. Wajahnya ceria saat melihat ada pempek. "Wow, ada pempek? Ini Aa Athaar yang bawa, ya?" Candani berseri-seri, matanya berbinar menatap pempek yang sayangnya sudah dingin. Athaar juga tersenyum menatap adikku. “Iya, Aa yang bawa. Hangatkan dulu saja, Candani.” “Oke, makasih Aa! Pas banget momennya aku baru sampai dan lapar!” Ujar adikku yang bersemangat. Dia membawa pempek untuk dihangatkan, suara aktivitas di dapur disusul aroma pempek yang memenuhi hingga ruang depan. “Aromanya bikin mau tamb