“Dillah,” tatapan Aa tertuju pada tas yang kupegang. Pasti dia heran, mengapa aku malah terlihat bersiap pergi dengan tas ini? Tas berisi beberapa baju, serta berkas penting pribadi milikku. Sisanya aku akan minta Candani mengambilnya lagi, atau nanti aku datang sendiri. Menilik para tetanggaku yang akhirnya keluar, memberi tatapan penasaran akibat keributan Mas Suta, yang teriak-teriak tadi, tentu setelah kejadian ini aku pasti akan pindah cari kontrakan baru. Bukan hanya atas perintah Mas Suta. “Kamu mau ke mana?” Athaar sudah siap menerobos mendekat, Mas Suta bertingkah memuakkan saat melebarkan tangan menghalangi. “Aa kenapa susul ke sini?” “Dil—“ “Kalau Aa kasihan sama aku, peduli padaku, pulang sekarang! Aku sudah enggak ada tenaga buat pisahkan kalian berdua kalau sampai