Terdengar suara ketukan mencurigakan. Tok tok tok. Siapakah yang ada di balik pintu gerangan? Apakah sesuatu yang akan mampu ia hadapi? Atau lebih seperti kejutan tidak diharapkan lain dari sang alam semesta? ...... Dari balik pintu. Sebuah suara yang lemah dan lirih memberi jawaban, ”Ini gue, Bang Farza.” Mendengar suara adiknya. Farza langsung bangkit dan segera menuju pintu. Cklek. Klek. Ia buka kuncinya dan . . . benar saja. Melihat rupa adik ”kecilnya” di sana. Nafas Farza ”sedikit” turun naik. Ia sangat khawatir. Benar-benar khawatir. Tapi, apa yang harus ia lakukan? Bagaimana cara menunjukkan perasaan yang seperti itu tanpa perlu kehilangan “harga diri”? Bagaimana? Ia taruh salah satu sikut di kusen pintu kamar. Lengkap dengan raut wajah sengak. “Ngapain lu di sini semalam ini?