Sejauh ini belum ada kabar apa pun lagi dari Kak Farza, batin Asa seraya menatap ke layar ponsel cerdasnya yang hanya menampilkan deretan notifikasi yang tidak dia harapkan. Hatinya sangat gamang sekaligus kering kerontang. Karena memikirkan keadaan sang calon suami yang telah begitu diharapkan. Karena selama ia mengenal sosok seorang Herdian Fusena. Pria itu memang belum pernah sama sekali melakukan hal aneh atau tindak “penyimpangan”. Ia selalu merupakan sosok paling, paling, dan paling dalam pandangan Asa. Paling sempurna, paling hebat, dan juga paling luar biasa. Tanpa cacat. Namun, untuk seorang manusia. Kalimat tanpa cacat itu sendiri bukankah sudah menjadi suatu kecacatan tersendiri? Ah, entahlah. Pria itu. Yang terkadang memang tampak sedikit mengerikan. Karena betapa pekat kes