”HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!” pekik Elan dengan wajah sembab oleh air mata. Tanpa memperdulikan sambungan telpon genggamnya yang masih menyala. Ia hanya terus berteriak dengan sekuat tenaga. Secara impulsif menutup gorden jendela. Mengunci seluruh pintu. Mematikan seluruh lampu. Membiarkan dirinya sendiri. Tenggelam dalam kegelapan tanpa makna itu. Ia meringkuk ketakutan di pojokan ruang tamu. Ponsel cerdasnya tidak jauh dari sana masih menyala dan tersambung dengan sang ayah yang tengah berada di ujung dunia. Tapi, ia sama sekali tidak berani untuk kembali meraihnya. Seolah sesuatu yang tidak akan pernah ia harapkan. Akan muncul keluar dari benda itu dan semakin menahannya. Menahan seluruh kebebasannya sebagai seorang manusia. ”Aku manusia... aku m