Keesokan harinya. Elan sadar dari pingsan. Melihat punggung Nala sedang melihat-lihat koleksi buku di rak kayu. “Nala?” panggil Elan lirih. Nala menoleh. “Alhamdulillah lu udah bangun.” Dihampiri anak itu. “Bagaimana keadaan lo?” tanyanya. “Nggak apa-apa, kok. Kenapa lo bisa ada di sini? Bukannya tadi malam sudah pulang?” tanya Elan. “Sudah, deh, nggak usah berpikir yang terlalu berat dulu,” pinta Nala. Mengambilkan minuman air hangat yang baru ia masak di teko elektrik untuk Sang Tuan Rumah. “Saat ini gue nggak sedang berpikir berat. Tapi, berpikir logis. Kapan ini? Bagaimana dengan orang tua lu?” tanya Elan. Cukup panik. Sebenarnya ingin bankit, tapi sekujur badan entah kenapa masih terasa cukup sakit. Nala duduk di samping pembaringan Elan. “Hanya satu malam, kok. Sudah merasa jau