Hari Selasa. Elan sudah diharuskan untuk kembali ke Asrama Merah. Kembali menjalani kehidupan palsunya sebagai seorang Elan yang suram. Elanoir. What a drag. Seharusnya ini sudah cukup untuk menghentikan hujan yang turun karena "kutukan" itu. Ia sudah cukup sangat luar biasa bahagia. Dengan keberadaan kakak sepupu perempuan kesayangannya di sekolah itu sebagai seorang guru. Namun . . . walau sudah seperti itu. Ternyata tetap saja ada yang terasa kurang. Bayangan wajah ”anak b******k” yang muncul sekelebat dalam hidupnya itu tak bisa keluar dari kepala. Nala. Nala. Nala. "s****n," ucapnya tanpa sadar saat tengah berada di tengah pelajaran. Guru dan seluruh teman sekelas tersentak. Langsung melirik ke arahnya dengan pandangan curiga. "What’s wrong, Elan? (Ada apa, Elan?)" tanya guru yan