Happy Reading
*****
Kila mengerjab-erjabkan matanya sambil menegang kepalanya, yang terasa sedikit berdenyut.
Matanya membulat setelah melirik kearah jam dinding yang menunjukankan pukul 11.00 waktu kst.
Ah, makanya kepalanya sakit, itu karena ia tidur terlalu lama, padahal biasanya ia tak pernah bangun sesiang ini.
Untung saja ia tengingat bahwa hari ini ia tak ada kelas di kampus, jadi ia sedikit bernafas lega.
Setelah beberapa saat ia ingin berdiri dari tempatnya, ia terdiam sambil membulatkan matanya lagi.
Oh tidak ia mengingat apa yang terjadi semalam. Ia pun menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, setelah mengecek keadaan tubuhnya yang aman, tak ada kesalahan, sekalipun itu disekangkangannya yang juga baik-baik saja.
Ia memang terlalu paranoid jika menyangkut Vincenzo, apalagi ia pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa Psychopat itu memiliki perilaku seksual yang tidak menentu. Jadi ia sangat was-was jika berdekatan dengan Vincenzo, ia takut dia mengambil keuntungan terhadapnya saat ia lengah.
Kila memcoba bangkit dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar yang langsung disuguhkan ruang di mana ada televisi besar juga kursi melingkar di depannya.
Ia melirik sekitar yang terlihat sangat sepi. Kemana Vincenzo, pikir Kila dalam hati.
Matanya menelisik lagi kearah kanan ruang tersebut. Yang ia pikir itu adalah dapur, karena ada meja makan dan beberapa alat makan yang tertata rapi di sana.
Kila berjalan kearah meja makan tersebut, saat matanya menangkap sebuah makanan tersaji di atas meja dan sebuah note di sampingnya.
'Makan!'
"Heol," Kila sedikit tak percaya melihat pesan yang ditulis Vincenzo dikertas itu.
Kila harus ingat bahwa Vincenzo tetaplah Vincenzo, si Psychopath gila yang tak peka.
Ia salah besar berharap sedikit perhatian dengan sebuah pesan yang sedikit panjang dan romantis darinya. Padahal ia tadi sudah cukup terkejut melihat Pria itu menyiapkan makanan dan note, seperti saat ia melihat drama-drama Korea ditelevisi. Dan nyatanya isi pesanya malah terlihat seperti ancaman yang singkat dan padat.
Kila memakan makanan itu cepat, karena ya perutnya memang sudah lapar sejak bangun tidur tadi.
Setelah acara makan selesai, Kila bangkit dari tempatnya. Dan berjalan melihat-lihat isi tempat tinggal Vincenzo.
Ia melihat beberapa foto di samping Ruang tamu, yang ia duga itu foto keluarga.
Ia pikir seorang Psychopath seperti itu tak memikirkan keluarga. Tapi ia salah, buktinya Vincenzo juga menyimpan banyak foto keluarga.
Tawanya hampir meledak, saat melihat salah satu foto yang mempertihatkan dua orang anak laki-laki, tengah menangis bersama, dengan ingus yang menetes hingga kemulut.
Tapi entah kenapa mereka berdua terlihat sangat imut.
Dan ia tahu siapa anak laki-laki yang menangis sambil memejamkan mata itu. Ya itu pasti Vincenzo karena terlihat mirip sekali dengan dia. Apalagi di samping di sampingnya diberi abjad 'V' pasti didak salah lagi bukan.
Ia mengerutkan keningnya melihat anak laki-laki yang juga menangis di samping Vincenzo kecil, siapa 'J? Apa saudara Vincenzo.
Ia pun menggedikkan bahu acuh, lalu melihat-lihat lagi banyak foto di sana.
Ada foto wisuda kelulusan saat Smu bersama kedua orang tuanya. Lalu ada juga foto Vincenzo bersama Jimmy, dan satu laki-laki tampan juga saat wisuda.
Krekkk..
Kila tersentak kaget, saat tiba-tiba sebuah pintu di samping ia berdiri bergerak sedikit terbuka.
Bulu kuduknya terasa meremang berdiri, seperti dalam film-film horror, Kila mencoba memberanikan diri mendekati pintu itu pelan.
Mencoba melangkah dengan takut-takut sekaligus penasaran yang menyelimutinya.
Kriekkkk..
Dan Boom.
Kila hampir terjatuh dari tempatnya saat melihat isi ruangan tersebut.
"Ap-apa ini?" Ucap Kila sambil menutup mulut.
Ia melangkah lebih masuk lagi. Jantungnya berdegup sangat kencang.
Ya Kila terkejut saat melihat banyak foto disisi kanan ia berdiri. Dan setiap foto telah diberi tanda silang 'X' dengan warna merah.
Ia memutup mulutnya saat mendapati foto Yoojin Oppa yang juga di sana. Apa semua foto ini adalah korban dari sisi Psychopath Vincenzo? Jika benar ia sungguh tak menyangka jika Vincenzo sudah membunuh banyak orang di luar sana.
Belum hilang rasa keterkejutanya karena melihat foto Yoojin Oppa, ia dikejutkan lagi dengan salah satu foto. Dan ia tau itu foto Hyuna, orang mengancamnya kemaren.
Oh tidak, apa Vincenzo juga telah membunuh Hyuna? Kila menyentuh warna merah yang menyilangi foto itu.
Lagi-lagi ia dibuat terkejut, saat mengetahui warna merah itu adalah darah yang masih setengah mengering.
Ini sulit dipercaya Vincenzo juga membunuh Hyuna?
"Ehmmm,"
Kila yang terkejut mendengar deheman tepat di samping telinganya pun langsung memutar tubuhnya.
Ia terkejut lagi, bahkan hampir limbung jika orang itu tidak menahan pinggangnya.
Kila meneguk salivanya susah payah, kesalahan besar ia telah memasuki ruangan ini. Apalagi sang pemilik ruangan, telah memergokinya seperti ini.
Kila dapat melihat jelas sebuah seringaian tercetak jelas dibibir Vincenzo.
"Kenapa?" Tanya Vincenzo santai, Tanpa melepaskan sebelah tangannya yang melingkar dipinggang Kila.
Kila hanya diam tak kuasa menjawab pertanyaan Vincenzo, yang terdengar menyeramkan itu.
"Apa kau terkejut pacar?" Tanya Vincenzo lagi dengan seringain menyeramkan dibibirnya.
Kila masih tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"JAWAB!"
Kila terlonjak kaget, saat Vincenzo membentaknya tepat di depan wajahnya. Kila meremas ujung bajunya ketakutan. Vincenzo terlihat marah sekarang.
Vincenzo marah melihat Kila yang memasuki ruang terlarangnya. Ini juga salah ia sendiri yang lupa tidak menguncinya lagi setelah menempelkan foto Hyuna pagi tadi.
Vincenzo bahkan tak pernah membiarkan satu orang pun memasuki ruangannya, termasuk kedua sahabatnya Josen dan Jimmy.
Ia tak segan-segan membunuh orang yang telah lancang memasuki ruangan ini.
"A-aku, ti-tidak sengaja." Jawab Kila terbata-bata.
Vincenzo lagi-lagi menyeringai. "Benarkah begitu?"
"Sungguh, aku tak berbohong."
"Kau tau, pacar. Tak ada satu orang pun yang bisa memasuki ruangan ini." Vincenzo menatap Kila intens dengan suara rendah. "Karena aku tak segan-segan membunuh orang yang dengan lancang memasuki ruangan ini."
Kila hampir menjerit saat Vincenzo mengeluarkan pisau dari saku celananya dan menempelkannya tepat dileher mulus Kila.
"Kau yang memaksa, pacar!"
Kila menggeleng pelan, sangat pelan. Takut jika pisau tajam itu bisa menggores lehernya.
"Sekarang kau tau kosekuensinya memasuki ruangan ini, jadi kau harus menanggung apa yang sudah kau perbuat." Ucap Vincenzo.
Kila menatap seleliling, mencoba mencari bantuan yang pastinya tak ada orang yang akan membantunya. Malah sekarang matanya menatap rak-rak yang berjajar dengan banyak pisau-pisau yang berwarna merah diujungnya, dan tertata rapi di sana. Mengapa ia tak menyadarinya tadi.
Suara Vincenzo mengingatkan lagi bahwa ia dalam keadaan yang tidak baik sekarang.
"Kau siap, pacar!"
"Ti-tidak, tolong maafkan aku Vi. Kumohon." Ucap Kila mencoba meminta belas kasihan Vincenzo.
Vincenzo malah memainkan pisau tajam itu dileher Kila.
Kila hanya bisa memejamkan matanya, ia bergerak sedikit saja ujung pisau itu sudah pasti akan menusuk lehernya.
"Arggghh," Kila menjerit keras, saat Vincenzo tiba-tiba menggoreskan pisau tajam itu dileher bagian kanan miliknya.
Kila yang tau nyawanya tak akan lama lagi pun hanya bisa pasrah.
Brukkk..
Kila terjatuh, pingsan karena ketakutan yang mendera, dan Vincenzo dengan sigap menahan pinggang Kila agar tidak jatuh.
Kila lebih memilih dibunuh dalam keadaan pingsan, dari pada ia merasakan sakit karena kematianya nanti.
Vincenzo menyeringai sambil menatap wajah Kila, mengabaikan darah yang mengucur dileher Kila.
*****
TBC
.
.
.
Kim Taeya