Happy Reading
*****
Vincenzo berjalan memasuki Apartnya setelah mengetik password yang tertera di sana.
Ia berjalan gontai karena merasa sangat lelah. Kegiatan membunuh Hyuna hari ini cukup menguras tenaga, karena Hyuna salah satu keluarga terpandang, jadi ia harus ekstra berhati-hati untuk menutupi kejahatan yang ia lakukan.
Tapi yang pasti ia sudah merasa senang sekarang. Apalagi saat mendapati Kila yang masih tertidur nyenyak diranjang miliknya, semakin membuat hatinya senang.
Vincenzo menatap wajah damai Kila beberapa menit, sebelum ia beranjak menuju arah kamar mandi.
Setelah lima belas menit berada dikamar mandi, Vincenzo keluar dari sana.
Senyumnya terukir tipis saat mendapati Kila sudah bangun.
Ia hampir tertawa keras saat melihat tingkah imut Kila yang malah menutup matanya dan juga meringsut mundur.
Kila menutup kedua matanya saat melihat Vincenzo yang hanya menggunakan sehelai handuk yang menutupi pingganya.
Vincenzo sangat menyadari alasan mengapa Kila menutup mata. Bukanya menghindar karena merasa malu atau apa, Vincenzo malah berjalan mendekat menghampiri Kila dengan santai.
Kila semakin meringsut mundur saat merasakan ranjangnya itu bergerak, dan ia tau siapa pelakunya. Dan yang pasti Vincenzo dengan percaya diri malah duduk diranjang disebelahnya.
"Jangan mendekat, pergilah!"
"Waeyo?" Tanya Vincenzo berpura-pura tidak tahu. (Mengapa)
Ishh, rasanya Kila ingin menendang wajah tampan Vincenzo saking sebalnya.
"Cepat, pakai bajumu Vi! Apa kau tak malu," Ucap Kila yang masih setia pada posisi menutup matanya itu.
"Mengapa harus malu. Buka lah matamu itu." Menyebalkan, Vincenzo mulai bertingkah bodoh.
Kila mengeram marah, Memang ya berbicara dengan Psychopath m***m itu butuh tenaga ekstra sama halnya berbicara dengan orang gila, yang selalu semaunya sendiri.
"Kau. pakai bajumu dulu," Kila sangat tak nyaman kalau harus melihat tubuh pria seperti ini, meski hanya bagian atas Vincenzo yang terbuka, tapi tetap saja Kila tak bisa. Ibunya selalu mewanti-wanti dirinya agar tetap menjaga diri, sedangkan ia takut Khilaf jika melihat tubuh atas Vincenzo yang Sandar-able dan peluk-able seperti itu.
"Buka matamu Kila. Apa kau tak takut, di samping ada seekor kecoa." Ujar Vincenzo kelewat santai.
Kila tertegun satu detik, sebelum ia melompat dari tempatnya.
Greppp..
Kila menubruk tubuh Vincenzo, untung saja Vincenzo bisa menjaga keseimbangan. Kalau tidak mungkin mereka sudah terjengkang bersama dilantai.
"Usir serangga itu, usirlah. Aku takut." Entah Kila sadar atau tidak, yang pasti sekarang ia malah memeluk erat tubuh Vincenzo.
Kila sangat fobia dengan serangga yang bernama Kecoa, karena dulu waktu kecil bajunya pernah dimasuki serangga menjijikan itu.
Dan saat Vincenzo berbohong seperti itu, ia langsung melompat begitu saja karena ketakutan, tanpa perlu memastika kebenaran dari ucapan Vincenzo.
"Tenang lah, serangga itu sudah pergi." Vincenzo tersenyum lebar di sana. Padahal ia tak ada niatan menakut-nakuti Kila, ia bahkan tak tau bahwa Kila sangat takut dengan serangga bernama Kecoa itu. Tapi ia harus mensyukuri ucapanya tadi, karena sekarang ia bisa mengambil keuntungan dengan pelukan erat gadis ini.
DEG..
Mata Kila melebar, saat mendengar suara Vincenzo yang berbicara tepat di samping telinganya.
Ia menyadari kesalahanya karena sudah memeluk dan duduk dipangkuan Vincenzo, bahkan ia baru merasakan kulitnya yang terbuka bersentuhan dengan kulit dingin Vincenzo yang baru selesai mandi.
Kila hanya bisa meneguk salivanya takut sekaligus malu. Apalagi dengan otaknya yang sekarang sangat tidak sikon. otaknya meminta untuk segera menjauh dari Vincenzo, tapi matanya malah terus berfokus pada perut kotak-kotak Vincenzo yang amat menarik dimatanya.
Kila mengangkat wajahnya pelan mencoba melihat ekspresi Vincenzo sekarang.
Dan benar saja, Vincenzo sekarang tengah menyeringai lebar.
Vincenzo mencoba menahan tawanya yang hampir meledak sedari tadi karena melihat tingkah Kila. Ia langsung menggantikan senyum yang sedari tercetak jelas dibibirnya dengan sebuah seringaian yang menyeramkan. Oke, Psychopath memang sangat baik dalam hal tipu daya dan berakting, jadi tak heran bukan Vincenzo bisa merubah ekspresi dengan semudah itu.
"Vi," Cicit Kila.
"Apa, pacar?" Tanya Vincenzo sambil mengangkat alisnya sebelah.
"Lepaskan."
Saat mendengar ucapan Kila, bukanya ia melepas kan, Vincenzo malah melingkarkan Tanganya dipinggang Kila.
Kila kalang kabut dibuatnya, ini kedua kalinya ia berada diposisi telalu intim dengan Vincenzo. Dan apalagi sekarang Vincenzo hanya menggunakan handuk yang melilit pingganggnya.
"Le-lepaskan aku Vi! Aku ingin tidur." Perintah Kila.
"Tidur saja."
Lagi-lagi bukanya melepaskan, Vincenzo malah menarik tubuh Kila hingga pipi Kila menempel pada d**a bidang Vincenzo. Bahkan Kila dapat mendengarkan detak jantung Vincenzo.
"Bukan seperti ini, aku ingin tidur, aku mengantuk. Aku tidak bisa tidur dalam posisi duduk. Lepaskan." Kila berontak di tempatnya.
"Baiklah."
"Hgg." Kila tertegun, saat Vincenzo malah membaringkan tubuh mereka berdua ke ranjang, tanpa melepaskan lilitan tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Cepat tidur lah. Kau tidak dalam posisi duduk, jadi sekarang kau bisa tidur nyenyak."
Nyenyak matamu, rasanya Kila ingin meneriakkan kata itu tepat di depan wajah Vincenzo.
Mau nyenyak dari mana? dari Hongkong. Sebaliknya Kila malah tak bisa tidur kalau seperti ini, mengingat posisi mereka yang sangat rawan terjadi sesuatu diluar batas. Dan ia harus ingat pria yang mendekapnya ini adalah Vincenzo, si Psychopath gila yang hampir melecehkanya beberapa waktu itu.
"Tidak. Aku tidak bisa, lebih baik aku tidur diluar. Aku tidak bisa tidur kalau seperti ini."
"Sutt, diamlah. Aku sudah mengantuk." Ucap Vincenzo sambil mengunci pergerakan Kila dengan kakinya.
"Hya, lepas. Setidaknya kau bergantilah baju dulu." Ujar Kila, tapi sepertinya tak didengar oleh Vincenzo, karena sekarang Vincenzo sudah mulai memejamkan mata, tanpa perduli sikap protes dari Kila.
"Aisshh, menyebalkan." Kila mengerucutkan bibirnya kesal. Ia harus menahan hasrat untuk tidak membunuh pria menyebalkan ini.
Kila menghela nafas, karena usahanya untuk melepaskan diri hanya sia-sia. meski dalam keadaan tidur, Vincenzo tetap tidak melepaskanya. Ia sempat berfikir Vincenzo hanya pura-pura, tapi saat mendengar dengkuran halus keluar dari mulut Vincenzo ia jadi sedikit percaya, bahkan ia juga sempat mencubit lengan Vincenzo, tapi tetap saja Pria di depannya ini tak merespon.
Kila terus terjaga hingga satu jam berlalu. Tapi detik berikutnya ia pun mulai tertidur karena tidak bisa menahan kantuk yang amat sangat.
Vincenzo membuka matanya, andai Kila tau bahwa sedari tadi ia tidak tertidur mungkin gadis ini sudah menerkamnya tanpa ampun karena berhasil membohonginya.
Vincenzo membopong tubuh Kila hingga berada diposisi yang nyaman ditempat tidur. Lalu ia beranjak untuk memakai celana pendek tanpa memakai baju atasan, karena ia terbiasa tidur tanpa memakai baju.
Setelahnya ia kembali memeluk Kila, merapatkan tubuhnya dengan tubuh gadis ini.
Cupp..
"Good night, pacar." Ucap Vincenzo setelah menyempatkan mencium puncak kepala Kila. Lalu ikut terlelap kealam bawah sadar seperti halnya Kila.
*****
TBC
.
.
.
.
Kim Taeya