9. BITCH

816 Kata
Happy Reading ***** Kila terus saja terdiam sedari tadi, bahkan ia tidak fokus sama sekali dengan dosen yang menerangkan di depan sana. Ia terus berpikir tentang ucapan Vincenzo tadi malam. 'Aku tak memiliki hati, tapi aku bisa merasakan rindu?' What? apa maksudnya? Merasakan rindu? Mr.Psycho, rindu? Kepada siapa? Siapa yang Mr.Psycho itu rindukan? Dirinya? Heol, tentu saja tidak Kila. Mr.Psycho tidak mungkin merindukanmu. Tapi jika bukan dirinya yang dirindukan, lalu siapa? "Aishh jinja," Ucap Kila tanpa sadar, karena terlalu kesal. "Ada apa Kila?" Tanya seorang dosen perempuan yang kira-kira berumur kepala empat itu kepadanya. Kila menutup mulutnya, ia keceplosan. "Iya?" Kila menatap Dosen tersebut takut-takut, ia juga melirik sekitar, dan benar saja semua mata dikelas itu sedang menatapnya dengan pandangan penasaran. Apa ia berbicara keras tadi? Kila merutuki kebodohannya itu. "Bukan- apa-apa, Miss." Jawab Kila sambil menggeleng pelan. "Jinja? Neo gwaenchanayo?" (Benarkah, apa kau baik-baik saja) "Iya, saya baik-baik saja Miss." "Baiklah." Ucap Dosen tersebut lalu melanjutkan kegiatan meneraknaya tadi. Hufft. Kila hanya bisa bernafas lega guru itu tak mengusirnya dari kelas. Ini semua gara-gara Vincenzo, si Psychopath gila itu. Kila sungguh membencinya. Kila berjanji, bahwa ia tak akan memikirkan hal konyol seperti itu lagi, membuang waktu saja. ***** Vincenzo keluar dari kelasnya berjalan beriringan bersama Jimmy. Mata pelajaran kelasnya hari ini sudah selesai, karena jadwalnya hanya masuk satu kelas. Senyum Vincenzo sedari tadi tak henti-hentinya luntur dari bibirnya itu. Karena sekarang mood nya juga sedang dalam keadaan baik. Bukan karena ia pulang pagi dan sangat senang seperti anak tk, tapi karena gadis itu Kila. Entah kenapa apa yang ia lakukan kepada Kila semalam membuat perutnya seperti ada kupu-kupu terbang di dalam. Dan rasanya ia terus ingin tersenyum seperti ini. Jimmy yang melihat Vincenzo yang terus tersenyum pun sedikit ngeri melihatnya. Pasalnya sejak pagi, pukul 08.00 sampai sekarang pukul 10.30 Vincenzo terus tersenyum. Jimmy sampai heran apa tidak keram itu mulutnya senyum terus dua setengah jam lamanya. Tapi ada berkah juga Vincenzo senyum, karena banyak kaum Hawa yang bisa menikmati keindahan surga dunia pada wajah perfect Vincenzo itu. Bahkan dari mereka tak sungkan-sungkan untuk mengabadikan momen yang cukup membuat banyak dari mereka memekik senang. Jimmy menyentuh kening Vincenzo tanpa menghentikan langkahnya. "Ahh, pantas saja. Panas ternyata." Ucap Jimmy dengan tangan yang masih menempel dikening Vincenzo. Vincenzo sendiri hanya mengerutkan keningnya bingung. "Kalau sakit jangan kemari, kerumah sakit saja," ucap Jimmy dengan nada sungguh-sungguh. "Rumah sakit jiwa." Tambah Jimij lagi. Vincenzo menghempaskan tangan Jimmy kasar. Untung saja teman, kalau tidak mungkin ia sudah menghabisi teman gilanya ini sejak dulu. Bagaimana ia bisa tahan dengan Jimmy yang mudahnya mulut itu mengatainya gila. "Jangan sembarangan, Jim." Ucap Vincenzo. "Lagian, mengapa kau terus senyum-senyum tidak jelas seperti itu. Sudah mulai gila, kah?" Ucap Jimmy, tapi selanjutnya tidak ditanggapi oleh Vincenzo. Heol, Vincenzo memang sudah gila,mungkin ini yang akan diteriakan Kila jika mendengar ucapan Jimmy itu. Mungkin Jika Jimmy tau semua, ia susah mengatai Vincenzo gila sejak lama. "Aiss, jinja. Kau memang sudah tidak waras." Ucap Jimmy lagi melihat Vincenzo yang kembali senyum-senyum tak jelas, dan mengabaikan dumelan Jimmy yang Mengumpatinya kasar. Dan saat Vincenzo dan Jimmy memasuki area kantin, senyuman dibibir Vincenzo luntur seketika, karena melihat suatu hal didapan sana. Dilihatnya seorang wanita cantik karena make up tebal, ala-ala badut itu, sedang menyiramkan minuman berwarna merah ke tubuh kekasihnya Kila, yang sekarang sudah terduduk dilantai. Vincenzo mengepalkan tanganya menahan gejolak amarah yang siap meledak, bahkan sisi Psychopath Vincenzo sudah sangan ganas ingin membunuh jalang yang sudah membuat miliknya terluka. 'Beraninya!' Vincenzo dan Jimmy berlari menghampiri keramaian itu, dan herannya semua orang yang ada di sana hanya melihat saja, tanpa ada niatan membantu Kila yang sedang dibully itu. "Hentikan!"Teriak Vincenzo saat jalang itu hendak menuangkan kuah sop pada Kila. Belum sempat jalang atau biasa dipanggil Hyuna itu menetralkan keterkejutanya, Vincenzo sudah menghempaskan mangkung sup yang ada ditangan Hyuna hinggaterpelanting jauh dan pecah berkeping-keping. "Ak-aku--" Hyuna tergagap, ketakutan melihat kemarahan Vincenzo yang menyeramkan itu, apa lagi tatapan tajamnya Vincenzo seakan siap menusuk tubuh orang yang ada di depannya, termasuk Hyuna. "Minggir!" Vincenzo mendorong bahu Hyuna hingga membuatnya hampir jatuh, ia sangat marah jika miliknya diganggu ataupun disakiti seperti ini. Kila menatap Vincenzo dengan pandangan sayu. Vincenzo berjongkok di samping tubuh Kila, dilihatnya pipi putih Kila telah berubah menjadi sedikit Keunguan dan jangan lupakan sudut bibir Kila yang juga berdarah. Vincenzo memejamkan mata menahan amarahnya sebisa mungkin. Ia harus ingat saat ini bukan waktunya ia membalas Hyuna, ia harus memikirkan keadaan Kila terlebih dahulu. Dan semakin tak mungkin lagi ia membalas dendam, karena di sini ada banyak orang. Yah, ia akan membalas Hyuna, Ralat bukan hanya membalas tapi ia akan membunuh Hyuna secepatnya. Vincenzo mengangkat tubuh lemas Kila dan menggendongnya meninggalkan kerumunan yang masih mematung di tempat termasuk Hyuna. "Kau telah membuat kesalahan besar." Ucap Jimmy sambil menunjuk wajah Hyuna yang masih ketakutan. Jimmy pergi meninggalkan kantin, dan menyusul Vincenzo yang berjalan jauh di depan sana. ***** Tbc . . . Kim Taeya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN