8. WHAT

837 Kata
Happy Reading ***** Vincenzo meletakkan pisau yang berlumuran darah itu di atas meja_, di sebuah ruangan rahasia pada apartemen-nya. Sudah tiga hari ini, ia tak mengganggu ataupun menemui Kila. Ia mencoba memberi sedikit kebebasan pada gadisnya itu. Kila sendiri juga terus menghindarinya. Seperti setiap saat mereka kendak berpapasan, gadis itu memilih berbalik agar tak bertemu denganya. Dan Vincenzo hanya membantu Kila menghindari dirinya ini. Vincenzo menghela nafas lelah, ia merasa belum puas membunuh beberapa orang tiga hari ini. Padahal biasanya saat hatinya _yang padahal tidak punya hati itu_ tak tenang, ia akan kembali seperti biasa setelah selesai membunuh orang. Dan ini Vincenzo bahkan sudah membunuh lima orang tiga hari ini, tapi ia juga belum merasa puas. Ia sendiri bingung dengan keadaanya saat ini. Vincenzo mengambil pisau bersih dilaci meja tersebut. Ia harus kembali membunuh orang, ia merasa sangat tak nyaman dalam keadaan seperti ini. Langsung saja ia pergi mencari mangsa yang cocok untuk bersentuhan dengan pisau tajam di tangannya ini. Shh, ia sudah tak sabar. __ Vincenzo berdiri dengan jarak sepuluh meter dari keramaian. saat ini ia sedang berada digang dekat supermarket besar dipinggir jalan. Pada malam hari seperti ini pasti banyak yang pergi keminimarket itu lalu pulang melewati gang-gang kecil di sekitar sini. Dan Vincenzo sendiri sudah sangat hafal dengan rute gang di sini, bahkan sampai jalan-jalan pintasnya ia sudah sangat mengerti. Ia hanya perlu menunggu mangsanya datang menghampirinya tanpa perlu bersusah-susah payah seperti biasanya. Tapi, tiba-tiba perasaan menggebu-gebu ingin membunuh itu langsung hilang, saat kedua matanya menangkap sosok gadis yang tiga hari ini tidak ia temui. Gadis itu menggunakan hoodie putih kebesaran sampai ke paha, menutupi celana pendek yang ia kenakan. "Kila." Vincenzo mengeram marah saat menyadari penampilan gadis itu, Kila bisa memancing pria lain berbuat macam-macam padanya. Apalagi ia mempertontonkan kaki jenjang mulus itu kesemua pria diminimarket itu. Termasuk penjaga kasir pria di sana yang dengan jelas menatapnya dengan pandangan memuja. Tolong ingatkan dirinya agar memasukan pria kasir itu kedalam daftar orang yang akan ia bunuh selanjutnya. Kila berjalan keluar dari Minimarket tersebut dengan menenteng tas kresek ditangan kirinya. Vincenzo bersembunyi digang itu, agar Kila tak melihatnya. Vincenzo mengikuti Kila di belakang, bukanya sembunyi-sembunyi. Justru Vincenzo secara terang-terangan ingin memberi tahu Kila bahwa ia sedang diikuti. Kila mempercepat langkahnya, karena merasa terancam tanpa perlu ia menoleh. Tapi Vincenzo segera menarik tangan Kila membuat sang empu langsung menubruk dadanya. Vincenzo tersenyum kecil melihat gadis di depannya ini meringis kesakitan sambil mengelus dahinya, tapi setelah itu raut wajahnya kembali terlihat ketakutan. Vincenzo mengamati gadis ini yang terus menunduk ketakutan sambil memejamkan mata, bahkan tangannya sudah gemetar sekarang. Tapi setelah nya, wajah gadis ini mulai berkerut bingung, seperti dia baru menyadari sesuatu. Kila mengangkat wajahnya pelan takut-takut, karena merasa ada sesuatu yang janggal. Dan benar seperti dugaannya, kejanggalan yang ia maksud adalah Vincenzo. Orang yang telah menariknya atau Mr.Psycho yang tiga hari ini selalu ia hindari. Kila mencoba melepas kasar tangan Vincenzo yang mencekalnya. Tapi belum sempat Kila melangkah pergi Vincenzo sudah memojokkan dirinya kedinding gang. Kila menghela nafas pasrah, dibunuh di sini pun ia sudah pasrah. Pikir Kila ngelantur. "Aku tak membunuhmu. Aku tak akan merealisasikan pemikiranmu itu, Pacar." Ucap Vincenzo dengan nada jenaka, tapi sudah pasti diiringi dengan seringaian menyeramkan dibibirnya itu. "Mau apa kau?" Kila sudah jengah, padahal ia sudah merasa bebas selama tiga hari ini. Tapi hal buruk ini malah terjadi lagi. Oh tuhan kuatkan hati Kila. "Apa kau ingin menjadi jalang, pacar?" "Apa maksudmu?" Kila tak mengerti dengan ucapan Vincenzo, jalang? Apa dia mengatainya jalang? "Lihat penampilanmu, apa kau ingin menggoda pria-pria di sana. Seperti penjaga kasir tadi hmm?" Oh ayolah, bahkan Kila memakai hoodie panjang, kebesaran pula, tidak membentuk tubuh. bagaimana bisa Vincenzo berpikir bahwa dia menggoda pria penjaga kasir di sana. Memang otak Vincenzo yang aslinya tidak waras, semakin tidak waras saja setelah tiga hari ini. "Apa kau gila, aku bahkan tidak memakai pakaian kurang bahan seperti kebanyakan wanita diluar sana. Bagaimana kau bisa berkata aku menggoda mereka." Protes Kila menggebu-gebu di depan wajah Vincenzo, sungguh ia sangat marah karena mengatainya jalang tadi. "Cih, lalu ini." Vincenzo menyentuh paha Kila yang terbuka pelan, membuat Kila meremang di sana. Kila buru-buru menyentak tangan Vincenzo, yang menyentuh pahanya "Jangan sentuh!" Vincenzo tersenyum miring, "Jangan menggunakan pakaian yang terbuka. meski itu hanya paha, tapi paha itu juga yang akan mendatangkan bahaya untukmu." Ucapnya dengan nada rendah tepat di depan wajah Kila. Kila merinding saat wajahnya disapu hangat nafas beraroma mint yang keluar dari mulut Vincenzo itu. Rasa merindingnya belum selesai sampai disitu saja, saat Vincenzo mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Kila. "Aku tak memiliki hati, tapi aku bisa merasakan rindu." Bisiknya pelan. Nafas Kila tercekat, hanya sebuah cegukan yang dapat merespon kata-kata Vincenzo tadi. Apa maksudnya? Kila hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, tanpa mampu mengutarakan langsung kepada Vincenzo. Dan Vincenzo sendiri tersenyum puas, setelah mengutarakan kata yang selama tiga hari ini membuatnya gelisah, sampai-sampai membunuh lima nyawa pun masih belum puas. Dan ia tau masalahnya hanya satu, karena gadis ini, gadis di dalam kungkunganya ini. ***** Tbc . . . Kim Taeya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN