Happy Reading
*****
Vincenzo mendudukan Kila di kursi penumpang mobilnya. Setelah itu berlari memutari mobil dan mendudukan juga tubuhnya dikursi pengemudi.
Kila sendiri hanya diam saja di sana, tatapanya hampa, seakan jiwanya telah lepas dari raganya itu.
Vincenzo pun menghela nafas melihat Kila yang hanya terdiam di sampingnya, Sepertinya Kila terlalu shok dengan kejadian tadi.
Vincenzo pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sampai tiba mobil itu di basement pun Kila tak mengeluarkan sepatah kata, pandanganya kosong kedepan. Sepertinya dia juga tak sadar jika mobil ini sudah berhenti.
Vincenzo mengeram marah mengingat siapa orang yang telah membuat miliknya seperti ini.
Jadi harus secepatnya menghabisi Hyuna.
Vincenzo menyentuh pipi Kila yang lebam itu, lalu meneka luka tersebut pelan. Membuat sang empu sontak meringis kesakitan sekaligus tersadar dari lamunanya.
"Sakit," Cicit Kila lirih sambil meringis. Meski Vincenzo hanya menekankan nya pelan, tapi untuk ukuran kulit lebam dan di tubuh wanita jelas itu terasa sangat sakit.
Cup..
Vincenzo mengecup singkat pipi Kila yang lebam, "Akan ku obati."
"Eh,?" Tanya Kila sambil menoleh menatap Vincenzo di sampingnya. Tapi setelah melihat Vincenzo, ia seakan tersadar sesuatu dan langsung meringsut mundur.
"Kenapa?" Vincenzo mengerutkan keningnya tak mengerti, ada apa dengan Kila?
"Jangan mendekat!" Ucap Kila kalang kabut, ia panik bahkan terus mendorong-dorong kan tangan ke depan.
"Apa yang terjadi?" Saat tangan Vincenzo terulur hendak menyentuh Kila, tapi dengan cepat Kila menepis tangan itu _kuat.
"Jangan menyentuh, Jangan mendekat, jangan, jangan! Kumohon jangan!" Kila berteriak histeris sambil menangis di sana.
"Ada apa? Katakan padaku? Mengapa aku tak boleh mendekat?" Tanya Vincenzo tidak sabaran, karena Kila sekarang sudah menangis histeris.
Vincenzo mencondongkan badannya hendak memeluk Kila, tapi Kila kembali menolak. Terus mendorong tubuh Vincenzo kuat-kuat.
"Jangan. Kumohon jangan. Kau pergi, dia tak suka. Aku akan celaka. Masa depanku akan berakhir. Hiks jangan.." Kila menutup wajahnya sambil menangis.
Vincenzo terdiam, ia mulai mengerti, pasti penyebab Kila menjadi seperti ini karena Hyuna. Si jalang sialan itu, Vincenzo geram, ia pasti akan melakukan sesuatu setelah ini.
"Pergi, Vi. Pergi, jangan mendekat. Hiks." Lagi-lagi Kila seperti itu.
Vincenzo yang sudah habis kesabaran pun langsung mengangkat tubuh kecil Kila lalu mendudukanya di atas pangkuanya, mengabaikan Kila yang terus berontak di sana.
Vincenzo mendekap tubuh Kila, mengunci semua pergerakannya untuk berontak.
"Lepaskan, jangan menyentuhku Vincenzo-ssi!" Kila terus berteriak-teriak seraya berontak.
Tapi setelah beberapa saat berlalu, tubuh Kila melemas. Sepertinya ia sudah lelah berontak, karena percuma saja usahanya itu tak akan membuahkan hasil apa pun. Selanjutnya ia hanya diam sambil menangis didekapan Vincenzo, yang sebenarnya sangat-sangat nyaman.
"Aku takut." Ucap Kila lirih.
"Jangan takut, aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja. Aku berjanji dia tak akan bisa menyakitimu," karena dia akan mati tambah Vincenzo di dalam hati.
Dan sudah di pastikan apapun yang Vincenzo ucapkan, semua akan menjadi kenyataan.
___
Flashback on:
Kila memasuki area kantin dengan kedua temanya Hyesoo dan Saena sambil bercanda gurau.
Mereka lalu mengambil tempat duduk dibagian pojok kantin tersebut.
"Kila, saena, aku ingin kekamar kecil sebentar. Tolong pesankan aku ramen saja." Pamit Hyesoo sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kau saja ya Saena yang memesan. Aku tidak pesan, masih kenyang." Ucap Kila di akhiri dengan senyuman. sebenarnya ia tidak kenyang, sarapan saja tidak bagaimana mau Kenyang. Tau sendiri kan Kila bagaimana, ia lebih memilih lapar dari pada mengeluarkan uang untuk membeli makanan di sini yang harganya bisa dibilang mahal itu. Lebih baik dibelikan Ramyeon dapat lima bungkus ditoko serba ada, dari pada di sini yang cuma dapat satu, ucap Kila dalam hati. (Mie instan)
Saena menghela nafas, lagi-lagi Kila menolak membeli makanan dikantin, mungkin kalau bukan ia yang memaksa tadi Kila tetap tak mau ikut seperti biasa.
"Tidak, kau harus pesan Kila-ssi. Kau mau apa?"
"Ah, tidak--"
"Baiklah seperti Hyesoo saja. Tenang saja aku yang akan membayar." Belum sempat Kila protes dengan ucapan Saena, saena sudah pergi meninggalkanya.
"Gomapta." Ucap Kila pelan, ia sangat bersyukur memiliki kedua teman yang sangat pengertian seperti mereka di sini. (Terimakasih)
Brakkkk.
Kila melonjak kaget saat tiba-tiba ada orang yang menggebrak meja di depannya keras. Dilihatnya tiga wanita yang bermake-up menor tengah berdiri sambil menatapnya nyalang. Tapi hanya satu yang terlihat mencolok, yang ia tau bernama Hyuna. Seorang senior wanita yang cukup populer dikalangan mahasiswa di sini.
Hyuna tiba-tiba menggenggam kerah baju depan Kila, lalu menariknya sehingga sang empu ikut tertarik berdiri.
"Apa maksudmu hah?" Tanya Hyuna sambil mendorong tubuh Kila kedinding _memojokkan di sana_ membuat Kila langsung meringis kesakitan.
"Mian, apa yang kau katakan, Sunbae. Aku tak mengerti?" Tanya Kila. (Maaf__Kakak senior)
"Cih, jangan bertingkah bodoh jalang. Kau itu masih junior, tapi sudah berani menggoda Vincenzo yang notabene-nya pria paling populer dan tampan di sini. Kau itu tak pantas untuk Vincenzo, wajahmu saja di bawah rata-rata. Apa yang sudah kau berikan padanya, dia tak mungkin mau begitu saja berkencan denganmu gadis bodoh." Ucap Hyuna sambil menepuk pipi Kila cukup keras di akhir kalimat.
Kila meremas baju bawahnya, mencoba menahan marah. Ia bahkan tak pernah meminta Vincenzo mendekatinya, dan malah sebaliknya ia ingin Vincenzo tak mengganggunya lagi. Fakta dari mana senior ini bisa mengatakan hal Bullshit seperti itu.
"maaf, sunbae sepertinya anda salah faham. Aku tidak melakukan sesuatu--" Ucap Kila sesopan mungkin.
"Hya, beraninya kau menjawab gadis bodoh." Teriak Hyuna sambil menampar pipi Kila keras.
Plakk..
Semua mata yang ada dikantin pun mengalihkan pandanganya karena mendengar teriakan dan tamparan yang cukup keras dari sana.
"Apa yang kau lakukan sunbae? Kenapa kau menampar Kila?" Tanya Saena yang tiba-tiba datang dengan wajah marah sekaligus panik.
"Soora, pegang dia." Ucap Hyuna memerintahkan temannya untuk mengamankan Saena yang ia tau adalah teman dari jalang ini.
"Lepaskan temanku Sunbae!" Ucap Kila.
"Beraninya kau memerintahkanku." Hyuna kembali menampar Kila di tempat yang sama. Plakkk..
Kila meringis kesakitan di sana, bahkan sekarang sudut bibirnya mulai mengeluarkan darah. Pipinya juga sudah lebam keunguan.
Hyuna mencekik leher Kila kuat, "Jangan dekati Vincenzo, dia milikku. Kau jangan pernah dekat-dekat dengannya. Jika kau melanggar aku tidak segan-segan menyakitimu lebih dari ini!"
"Aku juga akan mengeluarkanmu dari sekolah ini gadis beasiswa." Lanjut Hyuna sanbil mendorong Kila sampai terduduk dilantai.
Kila membulatkan matanya sambil terbatuk-batuk, mengabaikan rasa perih dipipinya dan nafasnya yang hampir hilang karena dicekik tadi. Dikeluarkan? Oh tidak, masa depan Kila akan hancur jika semua itu terjadi.
Hyuna mengeluarkan pisau dari tasnya. Kila kalang kabut, saat pisau itu ditodongkan padanya. Ujung pisau tersebut menyentuh pipi mulus Kila disisi yang tidak lebam.
Kila menggeleng pelan, mencoba meminta belas ampunan dari Hyuna.
"Aku bahkan bisa menusukmu sekarang gadis bodoh." Ucap Hyuna yang seakan belum puas mengancam Kila.
"Tapi itu semua tidak akan terjadi jika kau bisa menjauhi Vincenzo. Apa kau bisa?" Tanya Hyuna.
"Jawab!" Teriak Hyuna lagi, karena Kila tak kunjung menjawab disebabkan batuknya yang masih belum berhenti itu.
Kila hanya bisa mengangguk, tubuhnya sekarang sudah lemas. Bahkan bibirnya untuk berucap saja sakan tak bisa.
"Gadis pintar." Hyuna tersenyum penuh kemenangan, "Baiklah ini untuk pelengkapnya ya, gadis bodoh." Ucap Hyuna sambil menyiram minuman berwarna merah pada Kila.
Lalu Hyuna mengambil sebuah sup panas dimeja, tapi saat ia hendak menyiramkannya pada Kila, seseorang telah menepisnya hingga sup tersebut terpelanting jauh ke lantai.
"Hya." Teriak Hyuna keras. Karena marah ada yang ikut campur dengan urusannya.
Dan saat Hyuna menoleh, ia shock mengetahui siapa pelaku yang membuat mangkuk sup jatuh. Sungguh ia hanya bisa membulatkan mata terkejut di sana.
Flashback of
*****
Vincenzo menggendong Kila yang sudah tertidur dipangkuanya. Dan membawanya menuju tempat tinggal miliknya. Sebuah apartemen yang ia tinggali selama ini.
Sepanjang jalan menuju unit Apartement, Vincenzo tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari wajah Kila.
Vincenzo menekan tombol password pada pintu. Lalu membawa Kila masuk, dan meletakkan tubuh Kila perlahan di atas ranjang miliknya.
Vincenzo duduk disisi ranjang, setelah menyelimuti Kila hingga dagu.
"Aku akan membalas apa yang orang itu lakukan padamu. Kesalahan terbesarnya ketika dia berani melukai miliku." Ucap Vincenzo sambil menyentuh puncak kepala Kila.
CUP..
Vincenzo Mengecup Kening Kila lama.
CUP..
Mengecup juga pipi Kila yang lebam dengan pelan.
CUP..
Dan terakhir ia mencium bibir Kila lama, melebihi lamanya saat mencium kening. Tapi bibir mereka hanya saling menempel tak ada niatan sedikitpun dari Vincenzo untuk melumat bibir itu.
Selanjutnya Vincenzo pergi meninggalkan Kila di sana sendirian.
*****
TBC
.
.
.
.
Kim Taeya