Gedung Agro Industri Kencana – Kevin dari tadi seperti cacing kepanasan mondar - mandir dari ruangan keluar melirik meja kerja wanita cinta tepuk sebelah tangannya belum juga absen. Sampai para karyawati ada di tempat pun terheran sang sekretaris mulai berceloteh untuk menyindir Pak Bos nya itu.
“Pak, kenapa, sih, dari tadi kayak ingusan saja, keluar masuk. Galau, ya, Pak? Satu hari tidak lihat wajah mbak Anita?” sindiran pertama dari Susan.
Kevin tidak menanggapi masih sibuk dengan dunianya. “Sudahlah, Pak. Daripada galau begini mending ikut kami makan sama-sama. Biar galaunya hilang, mungkin Mbak Anita nya lagi ada urusan dengan keluarga sendiri.” Sindiran kedua dari Susan masih mengoceh.
“Sekali lagi sindir untuk ketiga kali, gajimu aku potong setengah bulan!” tegurnya kemudian ini penindasan bagi atasan sendiri. Susan langsung terdiam tetap saja tidak takut dengan gajinya di potong berapa kali tetap galau seorang Pak Bos seperti Kevin tidak luput untuk sembuh.
Kemana sih dia, aduh... apa dia ada masalah dengan suaminya atau di larang sama Alvin untuk kerja di tempatnya. Ohh.. tidak jangan sampai, aku rebut saja deh. Terlalu egois kau, Vin (Setan)
Diamlah kau, setan!
****
Sudah seharian Kevin duduk di kantor tidak ada kabar dari wanita itu, Anita dan Alvin sedang di radang kebahagiaan. Vanessa sama hal seperti Kevin galau masing-masing menanti cinta tak beri kabar. Mereka berdua di terlantari oleh dua pasangan pengantin ini.
Anita sangat bahagia jika suaminya mulai bersikap lembut kepadanya walau masih ada kurang untuk menunggu apakah dia benar mencintainya sekarang atau hanya pemuasan nafsu dan pura-pura di depan orang tuanya.
Semenjak pernikahan mereka berjalan lima bulan belum sekali pun mereka untuk berlibur bulan madu. Rasanya lucu bagi mereka berdua, Alvin tentu akan berikan kesempatan untuk wanita ini merasakan kebahagiaan sebagai pernikahan mereka. Tapi dia pria benar kejam bimbang dengan perasaannya sendiri. Pria pengecut untuknya tentu, dia masih mengingat janji akan menikahi Vanessa dan akan menceraikan istrinya bahkan dia sulit jika dia lakukan mungkin lebih menyakitkan lagi keharmonisan rumah tangga dan orang tuanya juga.
“Mas, apa ini bagus?” Anita menunjukkan pakaian bayi untuk perencanaan apabila benar dia hamil.
“Bagus,” jawabnya pelan
Mereka sekarang berada di salah satu plaza terbesar di kota Jakarta sambil jalan-jalan sekalian melihat apa yang di butuhkan. Karena sudah lama tidak pergi berdua seperti ini Anita tidak sengaja menabrak seseorang yang lewat lintasan yang sama.
“Maaf ...” Anita langsung menunduk tidak sengaja dan diambil pakaian yang sempat jatuh ketika bertabrakan. Saat untuk berikan kepada orang itu ekspresi wajah Anita berubah sebaliknya orang di depannya juga.
“Aulia ...” sebutnya pelan
“Hai, Nita ... kita bertemu lagi,” sambut orang itu suara yang merdu, dia adalah Aulia Anggraini Putri satu angkatan dengan Anita di masa kuliahnya.
“Iya, senang bisa ketemu denganmu ...” balasnya Anita menunjukkan ekspresi biasa saja.
“Sayang, ternyata kau di sini ... sudah selesai belanjanya?” Suara berat itu mencuri perhatian oleh wanita manis itu melirik.
Anita merasa gusar jika sifat temannya ini akan kembali merebut apa yang dia inginkan. Masa lalu beberapa tahun silam belum berakhir setelah apa yang di ketahui oleh Anita bahwa wanita manis ini mencoba menghancurkan hubungan cinta asmara dengan pria diam-diam dia cintai yaitu Alvin.
Anita berharap Alvin tidak mengingat wanita ini karena dia tahu Aulia akan melakukan apapun mendapatkan sesuatu yang mustahil. Wanita itu berdiri masih menatap wajah pria tepat di samping teman satu ini.
Alvin.
Alvin menoleh arah wanita dari tadi perhatikan dirinya, wanita itu senyum manis berikan kepadanya. Lalu pria itu masih menatap wajah seperti pernah melihatnya namun lupa di mana. Setelah menghilang dari pandangan wanita itu dia pun mengeluarkan ponsel dari celana panjang ketatnya.
“Aku sudah menemukannya,” ucap Aulia melaporkan kepada seseorang di seberang panggilan itu.
Di mobil Anita merasa panas dingin terus meremas kedua tangannya sendiri. Perasaannya tidak tenteram dia takut kejadian itu akan datang menghampirinya. Jika benar apa suaminya akan percaya dengan apa dia rasakan selama bertahun-tahun.
“Kau sakit?” Alvin menyentuh bawah rahang istrinya.
“Ah ... tidak apa-apa, mungkin aku sedikit kelelahan. Kita langsung pulang saja,” jawabnya gelisah.
“Tapi kau ingin makan nasi Padang?”
“Lain kali saja, kepalaku sedikit pusing,”
“Apa perlu kita ke dokter?”
“Tidak perlu, tidur sebentar mungkin sedikit lebih baik.”
Alvin merasa aneh saja sikap istrinya apa dia hamil? Ahh... tidak mungkin baru lakukan dua kali sudah tumbuh bening di dalam. Mungkin saja dia kelelahan seharian berhubungan.