Chapter 6

890 Kata
Salah satu markas apartemen gedung tinggi seseorang tengah duduk sambil mengisap sebatang puntung rokok. Sambil memainkan kartu lamaran favoritnya itu. Suara langkah kaki arah pintu utama masuk ke dalam ruangan lebar itu. “Apa kau yakin melihatnya?” tanya wanita asing itu membuka kartu atas mejanya “Iya, aku melihatnya, dia bersama suaminya, hidup mereka baru dirasakan kebahagiaan,” jawabnya mengocok kartu itu. “Benarkah?” “Ya!” Senyuman tipis menerbitkan di wajah baby face nya bertahun-tahun kehilangan orang yang dia cintai akhirnya keluar juga. Alvin  itu yang dia sebutkan. Wanita yang selalu memperindah tubuh dan wajah setiap sudut pandang para kaum Adam menonjolkan kepada mereka bahwa dia paling cantik sedunia dan paling genius. Diana Abraham Lutan, 27 tahun seorang wanita kaya raya di Kalimantan tengah dengan segudang pertambangan dan batu bara di kota kelahirannya. Sang ayah angkat tercintanya berikan semua harta warisan kepadanya untuk melanjutkan semua usaha seluruh Indonesia. Dia pergunakan nama baik milik ayahnya Lutan sebagai bukti balas dendam menjadi dunia terkuat di seluruh mancanegara. “Jadi apa rencanamu selanjutnya?” Allia membagikan kartu poker kepada wanita itu. “Aku ingin melihat Anita menderita, bagaimana ekspresinya ketika orang yang dia cintai berpaling ke wanita lain,” jawabnya datar mengeluarkan kartu joker  tepat di tengah meja bulat itu. “Kau yakin? Sepertinya Alvin tidak mengenaliku,” kata Allia “Benarkah?” “Ya, tapi kita bisa bertemu dengannya lagi di tempat yang berbeda.” “Kau benar sekali.” Kediaman Mahendra,  wanita itu tiba saja membisu dan segera untuk menempatkan diri dari baringannya. Kepalanya sangat sakit sekali setelah mengingat semua memori di masa lalunya. Pria itu duduk di tepi ranjang menyentuh pundak kepalanya ada apa dengan istrinya itu. “Apa kau benar-benar baik-baik saja, jika tidak kita ke dokter aku takut kau benar—“ “Tidak perlu, Mas. Ini hanya sakit kepala biasa mungkin aku kurang tidur saja.” Potongnya kemudian dan melanjutkan tidurnya. **** Pukul sembilan malam tidak terasa bagi wanita ini seharian tidur tak kunjung untuk bangun. Sesuatu yang terus menghantui mimpinya sebuah bayangan datang menghampirinya untuk mencoba menghancurkan rumah tangganya. Alvin yang tengah duduk sambil mengerjakan pekerjaan depan laptopnya terdengar suara ngigau dari istrinya itu. Dia pun menyingkirkan benda elektroniknya mencoba membangunkan Anita dari mimpi buruknya. “Nita ... Sayang ... bangun ... Nita ...” Di dalam mimpi wanita itu terus berlari terus dan terus sehingga sebuah cahaya putih menunjukkan bahwa dia akan selamat dari bahaya. “TIDAK!” Helaan nafas dari wanita itu serta keringat dingin sebiji jagung keluar dari keningnya. Alvin yang duduk perhatikan istrinya semakin khawatir keadaannya itu. “Ini minum dulu.” Alvin mengelap keringat istrinya “Apa yang kau mimpikan?” Pria itu bertanya dia ingin tahu mimpi buruk apa dihantui oleh istrinya. Wanita itu malah memilih untuk kembali tidur dia hanya kelelahan mimpi buruk tidak akan terjadi menjadi nyata. Itu yang selalu dia lakukan setiap bayangan itu terus menghantuinya. Kenapa dia bisa bertemu lagi dengan wanita gila itu. Bukankah dia ada di rumah sakit atau wanita itu mempunyai kembaran pertanyaan terus terngiang oleh pikirannya. “Aku coba telepon dokter Herman—“ “Tidak, Mas ... aku baik-baik saja,” ucapnya dia tidak ingin bertambah masalah di keluarga ini. “Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang buat kau sembunyikan dariku? Aku suamimu katakan padaku ada masalah apa?” Pria itu sudah sabar untuk tidak bertanya tapi yang buat dia heran adalah sikap istrinya berbeda. Anita bangun dari posisi tidur menjadi posisi duduk dia mulai menatap kedua mata suaminya yang tajam itu. Bukan dia tidak ingin menceritakan persoalan masa lalunya dia takutkan adalah harus kembali berpisah dengan suaminya. Ini masih berhubungan dengan kejadian beberapa tahun silam seorang wanita mencoba untuk menghancurkan hubungan pernikahannya dengan pria ada di depannya. Alvin memang tidak mengingat siapa dalang semua kekacauan pernikahan pertama kali. “Apa Mas benar-benar mencintaiku?” Anita bertanya kepada suaminya, Alvin mengerut dua alisnya. “Maksudmu? Kenapa kau bertanya seperti apa hubungan intim kita kurang membuktikan bahwa aku mencintaimu?” Dia malah bertanya kembali kepada istrinya “Aku hanya ingin tahu seberapa Mas mencintaiku,” jawabnya pelan kedua manik mata warna hitam kecokelatan adalah warna yang disukai oleh wanita cantik ini “Tentu aku mencintaimu ...” ucap pria itu “Sejak kapan Mas mencintaiku? Bukankah Mas masih mencintai Vanessa kekasih yang selalu kau banggakan?” Pertanyaan macam apa itu keluar dari mulut istrinya ini “Iya aku memang mencintai Vanessa tapi orang yang lebih dari itu adalah kau, ada apa sebenarnya?” Alvin semakin bingung dengan semua pertanyaan dari wanita ini “Benarkah? Jika aku minta cerai kepadamu bisakah kau melepaskan aku dari dunia ikatan pernikahan kita?” Alvin tercekat dengan kata-kata dari wanita ini tak lain istrinya “Cerai”  apa dia tahu kalau aku akan menceraikannya? Batinnya bertanya pada diri sendiri. “Tidak, aku tidak akan menceraikanmu ... kita bisa perbaiki semuanya. Awal aku salah mengacuhkanmu tapi sekarang sudah aku putuskan. Aku tidak akan melepaskanmu apa pun terjadi aku akan pertahankan hubungan rumah tangga kita. Sebagaimana pun kau meminta cerai kepadaku aku tidak mengizinkannya.” Terangnya dan menegaskan sekali lagi. "Apa bisa kau pertahankan itu dengan caramu sendiri, Mas? Kita tidak akan tahu sampai mana pernikahan kita bahagia. Mereka akan datang lagi untuk menghancurkan rumah tangga kita. Apa kau bisa pertahankan itu? Orang yang mencoba merebut kebahagiaan kita,"  batin Anita dalam hati menyimpan semua rahasia diam-diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN