Chapter 8

779 Kata
Tenggorokkan Anita terasa sangat kering dia butuh air menyegarkan kembali gara-gara kehabisan menangis di rumah sahabatnya. Anita bangun dari tidur lelapnya tiba merasa aneh sejak kapan ada di kamar ini. “Kau sudah bangun?” Suara terdengar arah samping sosok pria duduk diam sibuk dengan ponsel miliknya itu. “Kau membawaku pulang?” Anita bertanya ragu-ragu. “Pasti aku membawamu pulang, siapa lagi? Katakan padaku apa yang kau sembunyikan dari ku?” Kini Alvin duduk berhadapan dengannya. Anita tidak menjawab dia memilih untuk mengambil minuman saat ini dia butuh air untuk membasahi tenggorokannya. “Aku bertanya padamu, apa yang kau sembunyikan dari ku?” Alvin mencekal lengan wanita itu mencoba menghindar darinya. “Tidak ada yang aku sembunyikan,” jawabnya dingin melepaskan genggaman tangan dari lengannya. “Apa semua tentang masa lalumu?” ucap Alvin asal menebak karena sahabatnya mengatakan Anita tertekan karena masa lalu. Langkah kaki wanita itu berhenti tentu dia merasa terkejut bagaimana bisa suami sendiri mengetahui masa lalunya. “Tidak ada hubungannya denganmu. Aku tetap akan bercerai denganmu dan kau bebas memilih siapa yang mencintaimu,” katanya kemudian melanjutkan langkah kakinya keluar dari kamar itu. Gelas yang dipegang oleh Anita lepas dari tangannya jatuh dan pecah berkeping-keping. Pria itu menciumnya secara nafsu tidak membiarkan wanita ini pergi dari kamarnya. Anita terus meronta-ronta, Alvin menjauh dari bibirnya sedikit berdarah karena paksaannya. “Sudah aku katakan berulang kali kepadamu, aku tidak akan menceraikanmu apa pun itu. Seberapa pun kau mencoba untuk menghindar dari ku, aku pastikan kau tidak akan bisa berkutik malam ini akan aku buat kau memohon kepadaku untuk lakukan lebih, jika pun akan aku buat kau hamil sekarang juga.” Alvin mengangkat tubuh istrinya dibaringkan ke atas ranjang ukuran besar itu. Wanita itu tidak berikan perlawanan sedikit pun kepada suaminya. Dia biarkan sesuka pria itu lakukan pada tubuhnya. Terakhir untuk selamanya dia akan pergi memilih pergi dari kehidupan suami yang tidak tulus mencintainya. “Ada apa? Kau tidak ingin hamil dariku?” Alvin bertanya kepada istrinya “Untuk apa? Kau tidak mencintaiku, kau lakukan hanya hubungan seksual kepuasanmu sendiri,” jawabnya. “Apa kau marah kepadaku? Kalau benar, kau mencoba menghukumku dengan cara sikap dinginmu?” Alvin bertanya lagi “Untuk apa pernikahan kita dilanjutkan, sama saja kita tidak saling terbuka dan mencintai. Sebaiknya kita bercerai lebih baik, dan kau bisa menikahi Vanessa,” jawabnya menatap dua mata manik cokelat hitam pekat itu. “Sudah aku katakan, aku tidak akan menceraikanmu! Kau adalah istriku, istri masa depanku!” nada Alvin meninggi setetes air mata jatuh kembali dari ujung kantong matanya. Alvin kesal dengan sikap istrinya selalu mengatakan kata cerai, dia sudah putuskan akan perbaiki semuanya kenapa selalu saja itu dia ucap. Kamar mandi dia tutup sangat kuat dan kencang dan terdengar suara pecahan kaca dari kamar itu. Alvin meninju cermin besar retak tak berbentuk. Anita yang terbaring di atas ranjang hanya bisa menutup kedua tangannya menangis. Dia lelah dengan semua kelemahannya, dia benar ingin mengakhiri hubungan ini. Hanya satu jalan agar bisa lepas dari semua masalah dari masa lalunya. **** Markas apartemen gedung tinggi dua wanita tengah duduk di atas sofa berelegan itu sedang berhadapan dengan dua orang asing. Diana melemparkan beberapa foto kepada dua orang asing itu berpakaian biasa. “Aku minta kalian berdua lakukan tugas yang aku minta. Apa kalian mengerti?” ucap wanita berambut pendek itu “Mengerti, Nyonya,” balas suara asing berat itu. “Bagus, ingat tidak ada yang boleh tahu siapa kalian sebenarnya. Jika tidak ingin hidup kalian juga sama seperti foto itu,” ancamnya mengingatkan sekali lagi “Tidak akan, Nyonya ...” Mereka pun pergi takut ngeri dengan ancaman dari wanita berambut pendek itu. Wanita cantik manis itu mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya merasa pekerjaan yang akan dia kerjakan baru saja dimulai. “Jadi tugasku apa?” tanya wanita cantik manis itu tak lain adalah Aulia tentunya “Lakukan hal biasa pura-pura baik dengannya cari informasi tentang wanita sialan itu. Jika bisa buat dia lumpuhkan semuanya dari dunia keabadiannya itu,” ucap wanita berambut pendek itu – Diana “Oke siap!” Aulia mengangkat tangan berikan hormat kepada wanita itu tak lain kakak sepupunya – Diana Kembali kediaman Mahendra, Alvin keluar dari kamar mandi dengan keadaan tangan kanannya berdarah akibat melukai diri sendiri karena kesal terhadap perasaannya. Hanya kain dibalut agar tidak mengalir terus darah dari goresan serpihan kaca kecil itu. Alvin naik atas ranjang sementara wanita memunggungi dalam keadaan telah tidur lelap alam mimpi. Pelan-pelan menyelinap selimut tebal lalu memeluk tubuh istrinya. Hembusan nafas dari pria itu sangat terasa oleh wanita yang memunggunginya. “Maafkan aku, aku benar tidak ingin cerai ... aku mencintaimu ...” bisikan pelan dan Anita membuka kedua matanya mendengar ucapan dari suaminya barusan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN