Chapter 10

857 Kata
Pertemuan dengan Pak Adam dari Kalimantan timur pengusaha paling kaya di kotanya. Saat ini Kevin memang menyetujui untuk menerima kerja sama dengannya namun investasi yang di tawarkan cukup besar bagi Kevin terhadap pria paruh baya yang mungkin usia sudah menuju delapan puluh tahun. Tetap saja fisiknya masih kuat. Mereka sedang berbincang-bincang untuk menanam saham terbaik, tetapi pria muda ini tidak akan mudah terkecok dengan tawaran begitu menggiurkan. Tetap dia akan waspada untuk tidak termakan modal besar itu. “Siapa wanita ini? Dia kekasihmu?” Adam bertanya kepada Kevin sementara Anita tengah sibuk mengetik laporan untuk meeting hari ini. “Boleh dikatakan begitu tapi itu hanya bercanda dia adalah sekretaris sementara waktu. Untuk pemasaran hanya dia lebih mengetahuinya maka saya meminta dia menemani untuk menjelaskan kepada anda, Pak Adam,” jawab Kevin wibawa dan sopan “Begitu, sayang sekali. Lalu kapan kau menikah? Kau tidak ingin memiliki keluarga sendiri. Bukankah kau itu pria mapan apalagi?” Adam macam mengerti kehidupan Kevin. “Belum waktunya, mungkin akan ada detik seseorang berpaling kepadaku. Untuk saat ini saya masih fokus untuk perusahaanku,” kata Kevin diam-diam mencuri lirik pada wanita ada di sampingnya. Akhirnya pertemuan pun selesai, tidak terasa sudah waktu makan siang. Merasa perut sudah kosong Kevin mengambil kesempatan untuk mengajak wanita ini makan bersama. “Kau ingin sesuatu, sebelum kembali ke kantor kita makan dulu,” ucap Kevin mengangkat tangan ke udara memanggil pelayan kafe di sana. **** Sekarang Alvin tengah senyum dan sambil menyentuh bibirnya sendiri tadi pagi adalah momen indah baginya. Istrinya telah memaafkannya, dia bangkit dari duduknya untuk membeli sesuatu yang disukai oleh istrinya. Tepat di salah satu kafe tidak jauh dari kantornya dia pun turun untuk beli beberapa kue. Setahunya Anita sangat menyukai kue yang manis, sambil menunggu pesanan itu di bungkus kedua mata tidak sengaja dia lihat. Anita terperanjat diam ketika sebuah jari jempol dari Pak Bosnya menyentuh sudut bibirnya. Kevin merasa biasa saja, “Jangan pernah sisakan untukku,” gombalnya. “Maaf,” Anita membersihkan sendiri gunakan tisu di dekatnya. Sementara Alvin melempar kotak berisi kue manis ke samping jok duduknya. Dengan kesal bercampur kecewa kepada istrinya. Vanessa menelepon meminta pria itu datang ke apartemennya karena dia butuh bantuan. Segera dinyalakan mesin mobilnya dengan kecepatan sedang tempat tujuan. Hari telah sore, Anita masih berdiri di depan kantor menunggu suaminya datang menjemput. Sudah beberapa kali dia telepon tidak kunjung diangkat oleh pria yang saat ini sedang berargumentasi cinta dengan seorang wanita tak lain adalah Vanessa. “Alvin ... pelan-pelan Sayang!” desah Vanessa Alvin terus memacu kuat-kuat tanpa berikan ampunan terhadap wanita ini. Vanessa merasa aneh dengan pria ada di atasnya. Alvin merasa marah sudah tiga dia lakukan cinta dengan wanita dengannya belum juga untuk ejakulasi dan mencapai puncak. Begitu kesal dicabut kejantanannya dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Wanita itu terbengong dengan tingkah laku kekasihnya itu. Alvin keluar dengan pakaian rapi untuk bersiap kembali pulang dia harus menyelesaikan masalah dengan istrinya maksud Kafe tadi.  “Kau mau ke mana, Vin? Kita belum ...” “Maaf sepertinya aku tidak bisa bercinta lebih lama denganmu ...” sambungnya dia pun keluar dari apartemen dan membiarkan wanita itu telanjang bulat tanpa busana sedikit pun. Vanessa diam mematung perkataan dari kekasihnya itu apa. **** Anita merasa kecewa terhadap suaminya janji akan menjemputnya, tapi apa yang dia rasakan diguyur air hujan tiba-tiba. Untung saja Pak Kevin belum pulang dan di antar olehnya. Alvin baru saja pulang dan langsung menuju kamar untuk memarahi istrinya berani berselingkuh. “Kenapa kau ...” Anita sedang mengeringkan rambut setengah basah setelah keramas. Anita menoleh menatap sekilas saja wajah suaminya dia kesal terhadapnya tidak akan ada lagi memegang janji dari pria seperti dirinya. Alvin tidak melanjutkan kata-katanya, penglihatannya terganggu oleh tubuh indah milik istrinya. Anita saat ini sedang memakai handuk melingkar di tubuhnya. Kebiasaannya tidak pernah berubah. “Kau mencoba untuk menggoda suamimu?” ucap Alvin mendekati tubuh istrinya dari belakang jari-jari panjang mulai menyentuh kulit halus itu. Anita tidak merespons kemudian dia bangkit dari duduknya untuk masuk ke kamar mandi memakai baju tidurnya. Alvin masih mengekorinya sehingga dorongan apa buat dia ingin melanjutkan hubungan tertunda dengan Vanessa tadi. “Sebentar ... Mas mau ngapain?” tanya Anita kepada suaminya. “Ingin buat anak,” jawabnya asal “Tapi, Mas ... aku ...” Alvin tidak berikan kesempatan untuk melanjutkan kata-kata dari bibir seksinya itu. Anita merasa sulit untuk bernapas, pria sedang menindih tubuh sedikit melonggarkan dan berikan wanita itu menghirup udara. Kedua tangan wanita itu melingkar leher suaminya. Perlahan-lahan handuk melingkar di tubuh indah wanita itu pun lepas bebas, dilanjutkan meremas p******a semakin membesar. Sementara milik Alvin menggesek-gesek bagian sensitif. Akhirnya Anita mendesah desiran aneh pada bagiannya. “Aku suka penampilan kau malam ini, begitu seksi,” puji Alvin masih dengan jari-jari nakal seluruh kulit halus itu. Anita tidak bisa menolak setiap sentuhan kecil dari suaminya, Hanya pejaman mata buat dirinya tercandu menginginkan lebih dan lebih. “Kau benar-benar membuatku b*******h,” lagi Alvin membeo, dua jari berhasil oral liang v****a istrinya. Sehingga pinggul Anita naik memberi kode lebih dalam.  Ditariknya tangan suaminya dia benar seperti wanita jalang saat ini. Ciuman panas pun kembali memburu hebat. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN