Tetiba suhu ruangan meningkatkan berpuluh kali lipat. Bahkan tangan Pak Hen yang semula hanya memelukku sekarang mulai jalan-jalan menyusuri bagian tubuhku yang lain. Bahkan dengan gerakan tergesa, Pak Hen membuka kemejanya. Antara takut, kaget dan penasaran. Iya, aku penasaran bagaimana rasanya. Tapi ada banyak rasa takut juga. Mau distop juga tanggung. Sekujur tubuhku sudah terbakar. Gila, tubuh Pak Hen benar-benar sesuai imajinasi. Semua hal yang diidamkan ada padanya. Ia mendekapku erat lagi. Menyerangku kembali dengan sentuhan panasnya. Sialnya, mulutku sampai mengeluarkan erangan dengan sendirinya. Clak! Aku merasa sesuatu yang dingin mengenai tanganku yang sedang memeluk punggungnya. Pak Hen juga gerakannya berhenti. "Apa itu, Zi?" tanyanya dengan wajah khawatir. "Sepertinya