Bab 11.

1466 Kata
"D_Dinda juga nggak ta,,,,,,,," seketika ucapan Dinda pun, langsung terpotong. "Jangan sayang, jangan! Mas bilang jangan mempermasalahkan masalah ini terus, sama mamah!" Teriak seorang lelaki tersebut lagi, yang sekarang ini sudah berada tepat di hadapan mereka semua. "Awas mas, lepasin! Pokoknya sampai kapanpun, sebelum mamah itu bisa berlaku adil sama aku, aku akan tetap mempermasalahkan masalah ini!" Teriak seorang perempuan tersebut, yang tetap kekeuh dengan pendirinya itu. "Mas bilang jangan sayang, jang,,,,,,," seketika teriakan seorang lelaki tersebut pun, langsung terpotong. Karena tiba-tiba ia pun melihat Ibu Mayang, Alex, Dinda, dan juga Luna putri semata wayangnya, yang sedang menyaksikan pertengkaran mereka. "M_mamah, Alex, Luna,,," ucapnya gugup, dengan keadaan yang sangatlah panik. "Mamah, Papah, ada apa? Kok Mamah sama Papah pada berantem?" Tanya Luna, penasaran. "Ia Aldo, sebenarnya ini semua ada apa?" Tanya Ibu Mayang, yang juga ikut penasaran. Ia menyebutkan nama Aldo, karena seorang lelaki tersebut memang bernama Aldo. Iya, Aldo. Aldo yang tak lain adalah menantunya, suami dari Ayu anak pertamanya, kakak kandung dari Alex, sekaligus Mamah dari Luna keponakan kesayangannya. "Oh, n_nggak mah! Nggak ada papa kok! A_Aldo sama Ayu cuma lagi ngeributin masalah kecil!" Jawab Aldo, berbohong. Sehingga Ayu yang mendengarnya pun, semakin emosi lagi dibuatnya. "Mas, mas ini apa-apaan sih, mas?" Ucapnya, marah. "Aku ini sengaja loh mas, pulang cepat-cepat dari Jepang, karena aku ini mau meminta semua keadilan ini sama mamah!" Ucapnya lagi. "Iya, mas juga tau sayang. Tapi sekarang ini keadaan kamu itu lagi capek! Kamu itu lagi emosi! Jadi lebih baik kita omongin masalah ini sama mamah, nanti aja! Yah?" Ucap Aldo lagi, yang langsung saja menasehatinya seperti itu. "Nggak mas, nggak! Pokoknya aku mau ngomongin masalah ini, sekarang! Mumpung semuanya sekarang udah pada kumpul disini!" Jawab Ayu lagi, yang langsung saja menatap kearah Alex dan juga Ibu Mayang, dengan tatapan mata yang penuh dengan dendam. "Mah, mamah ini apa-apaan sih mah, hah? Mamah ini apa-apaan?" Ucapnya lagi, yang langsung saja melangkah menghampirinya lebih dekat. "Kenapa mamah mengalihkan semua perusahaan milik papah menjadi atas nama Alex, disaat aku ini lagi nggak ada di Indonesia mah? Disaat aku ini sedang mengurus-urus bisnis keluarga kita, di Jepang?" "Bahkan sedikit pun, mamah ini nggak pernah meminta persetujuan terlebih dahulu, dari aku! Kenapa mah, kenapa?" Teriaknya dengan penuh emosi. Karena Ibu Mayang mamahnya itu, memang sudah mengalihkan semua perusahaan milik Almarhum Pak Arga suaminya, menjadi atas nama Alex tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu, bahkan disaat ia sedang mengurus-ngurus bisnis keluarganya itu di Jepang. "Mah, mamah ini tau nggak sih, hah? Mamah ini tau nggak? Yang seharusnya jadi pemilik dan Presdir di perusahaan keluarga kita ini, aku mah! Aku!" Teriaknya lagi, tak terima. Karena menurutnya, ia lah yang lebih pantas untuk menerima jabatan tersebut. "Karena apa? Karena aku dan mas Aldo yang dari dulu udah capek menjalankan bisnis keluarga kita ini, setelah papah meninggal mah!" "Tapi sekarang, dengan seenaknya mamah malah mengalihkan semua perusahaan milik papah ini, menjadi atas nama Alex?" Ucapnya lagi, yang benar-benar tak percaya dengan keputusannya itu. "Mah, mamah ini sebenarnya sadar nggak sih, hah? Mamah ini sadar nggak? Alex itu dari dulu, bahkan dari dia sejak masih kecil itu, nggak pernah ada waktu sedikitpun buat keluarga kita dan juga perusahaan kita ini mah! Nggak ada! Dia itu hanya bisa mentingin dirinya sendiri dan perusahaannya, di London!" "Dia itu hanyalah seorang adik yang egois mah! Dia itu hanyalah seorang adik saya eg,,,,,,,,," seketika teriakannya itu pun, langsung terpotong. PLAKKKKK! Karena dengan secara tiba-tiba, Ibu Mayang pun langsung menamparnya. "Cukup, Ayu! Cukup!" Teriaknya, yang benar-benar sudah sangat terpancing emosinya. "Kamu ini bener-bener nggak punya hati, yah! Bisa-bisanya, kamu berbicara sekasar itu tentang adik kamu sendiri!" Ucapnya lagi. "Emang kenapa mah, kalau Ayu berbicara sekasar itu? Emang kenyataannya, Alex itu kayak gitu kan mah?" Jawab Ayu lagi. "Alex itu egois! Alex itu dari dulu cuma bisa mentingin dirinya sendiri!" Ucapnya lagi, dengan lebih jelas lagi menyebutnya seperti itu. Sehingga Ibu Mayang yang sedang emosi pun, semakin terpancing lagi emosinya. "Kamu ini bener yah, Ayu! Kamu ini bener-bener!" Teriaknya, sambil mencoba untuk menamparnya lagi. "Tampar, mah! Tampar! Tampar lagi sampai mamah puas!" Teriak Ayu yang malah justru langsung menantangnya seperti itu. "Udah mah, udah! Alex nggak papa kok mah, Alex nggak papa!" Alex yang langsung saja buru-buru menenangkan emosi Ibu Mayang, mamahnya. "Nggak Alex, nggak! Kakak kamu ini bener-bener keterlaluan menilai kamu, dengan kata-kata kasarnya itu!" Teriak Ibu Mayang lagi. Kemudian, ia pun langsung melangkah lebih dekat lagi kearahnya. "Ayu, kamu pikir dari tadi kamu ngributin masalah kayak gini itu pantas, hah? Kamu pikir pantas?" Ucapnya. "Kamu itu mikir nggak, sih? Disini itu ada Dinda!" "Dia itu masih anggota baru, di keluarga kita! Pasti sekarang ini dia itu trauma banget mendengar pertengkaran-pertengkaran keluarga kita ini!" Ucapnya lagi, yang langsung saja menasehatinya seperti itu, sambil buru-buru melangkah menghampirinya. "Dinda sayang, maafin mamah yah? Kalau kejadian ini, membuat kamu jadi nggak nyaman untuk tinggal disini!" Ucapnya. "I_iya mah, n_nggak papa kok!" Jawab Dinda, dengan sangat gugupnya. Karena justru ia lah yang benar-benar merasa sangat tidak enak kepada semuanya. "Ya udah sayang, lebih baik sekarang kamu berangkat, yah! Ini kan hari pertama kamu magang, nanti kamu telat lagi!" Ucap Ibu Mayang lagi, yang langsung saja menyuruhnya seperti itu. "I_iya mah," jawab Dinda, yang kemudian langsung melangkah kembali menuju pintu keluar rumah tersebut, meninggalkan mereka semua yang masih terus berdebat didalam rumah tersebut. "Oh iya mah, satu lagi! Ayu nggak setuju yah mah, dengan pernikahan Alex dan Dinda!" Ucap Ayu lagi, yang dengan secara tiba-tiba malah justru memberikan pendapat seperti itu. "Apa kamu bilang? Kamu nggak setuju dengan pernikahan Alex dan Dinda?" Jawab Ibu Mayang, yang benar-benar semakin emosi lagi dibuatnya. "Kamu itu nggak ada hak! Kamu itu nggak ada hak untuk memberikan pendapat seperti itu, kepada pernikahan Alex dan Dinda!" Ucap Ibu Mayang lagi, dengan sangat tegas. "Emang kenapa mah? Emang kenapa Ayu ini nggak ada hak dengan pernikahan Alex dan Dinda? Ayu ini kakak Alex loh mah! Ayu ini kakak Alex! Jadi Ayu ini berhak memilih siapa pasangan yang cocok buat Alex, dan siapa pasangan yang nggak cocok buat Alex!" Ucap Ayu lagi, dengan sangat jelas menyebutnya seperti itu. "Dan Ayu nggak setuju, Alex itu menikah dengan Dinda, putri dari Om Hadi!" Ucapnya lagi. "Karena apa? Karena Ayu nggak mau kalau sampai keluarga kita, apalagi sampai perusahaan kita itu terkena masalah, dan ikut terkena dampaknya, hancur reputasinya, gara-gara mamah menerima menantu dari anak koruptor kaya Dinda!" "Dan lagian kalau menurut Ayu, sejak Om Hadi itu tersandung kasus korupsi, Om Hadi juga sekarang udah nggak sekaya dulu lagi kan mah?" "Jadi apa yang bisa Alex harapkan dari seorang istri, dari anak seorang koruptor kayak Dinda?" "Cukup Ayu! Cukup! Om Hadi itu bukan koruptor! Om Hadi itu hanya lah korban!" Jawab Ibu Mayang, dengan sangat jelas. "Karena apa? Karena Om Hadi itu dulu dijebak sama rekan-rekan bisnisnya!" "Dan kenyataannya, kamu juga lihat sendiri kan? Om Hadi itu dinyatakan tidak bersalah!" Ucapnya lagi, serius. Mereka berdua berdebat mempermasalahkan hal seperti itu, karena ternyata beberapa tahun yang lalu, Pak Hadi Ayah dari Dinda itu memang pernah tersandung kasus korupsi, karena dijebak oleh rekan-rekan bisnisnya. Bahkan dengan adanya kasus korupsi tersebut, membuat bisnis Pak Hadi yang pada saat itu sedang sukses-suksesnya, menurun drastis hingga sampai sekarang. Dan bahkan dengan adanya kasus korupsi tersebut, membuat seluruh keluarganya pada saat itu menjadi sangat down! Terutama Dinda, yang pada saat itu masih duduk di bangku SMP, yang pada saat itu banyak sekali teman-teman disekolahannya, yang membully dan menghujatnya. Dan bahkan sampai sekarang pun terkadang ia masih sering mendengar bulian dan hujatan tersebut ditelinganya. "Lagian mamah ini bener-bener heran deh sama kamu! Kamu ini ingat nggak sih? Kamu ini ingat nggak?" "Dulu keluarga kita ini juga seperti apa, disaat perusahaan kita itu dulu sedang bangkrut?" "Dulu keluarga kita itu hampir nggak punya tempat tinggal! Bahkan untuk makan dan mebayar sekolah kamu saja, mamah sama papah itu sampai ngutang kesana-kesini!" "Nggak ada satupun diantara teman-teman bisnis papah, yang mau membantu keluarga kita ini dengan tulus, kecuali keluarga Om Hadi! Dia yang dulu sudah mendonorkan dananya untuk perusahaan kita, sampai perusahaan kita akhirnya bisa sesukses seperti sekarang ini! Dia yang dulu sudah membantu untuk menebus rumah kita dari pihak Bank, hingga akhirnya kita ini bisa mempunyai tempat tinggal sampai sekarang! Bahkan dia juga yang dulu sudah membantu keuangan keluarga kita, untuk keseharian kita, untuk biaya sekolah kamu sampai akhirnya kamu ini bisa menjadi perempuan sukses seperti sekarang! Tapi setelah kamu sesukses ini, dengan teganya kamu menghujat kelurga Om Hadi, dengan kata-kata kasar kamu itu?" Ucapnya lagi, serius. Ia mencoba untuk memberi tahu kepada anak-anaknya, betapa berjasanya keluarga pak Hadi itu dulu, untuk keluarganya. Sehingga Alex yang dari tadi sedang mendengarkan perdebatan mereka berdua pun, seketika langsung terdiam. "Ternyata, keluarga Papah Hadi itu dulu segitu berjasanya untuk mamah dan juga papah?" Ucapnya dalam hati, yang langsung saja merenungi ucapannya itu. "Pantas aja, sekarang ini mamah sesayang itu sama Dinda!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN