Bab 10.

1300 Kata
Pagi pun tiba,,,,,,, MASIH DI RUMAH IBU MAYANG. Waktu menunjukkan pukul 07:00 Pagi. Terlihat Ibu Mayang, Alex, Dinda, dan juga Luna, yang dari tadi sedang sarapan bersama di ruang makan. "Dinda, mata kamu kenapa sayang? Kok kelihatan sembab gitu?" Tanya Ibu Mayang, yang baru sadar akan hal tersebut. "Aduuuuh! Kenapa mamah harus nanya kayak gitu sih?" Ucap Alex dalam hati, panik. "Oh, n_nggak kok mah! Mata Dinda nggak papa!" Jawab Dinda, gugup. Kemudian, ia pun langsung terdiam sambil melirik sinis penuh dengan kebencian, ke arah Alex suaminya yang dari tadi sedang duduk dihadapannya. "Tau nih, Tante Dinda. Sebenarnya tante Dinda ini kenapa sih? Dari semalaman juga Tante Dinda ini nangis terus!" Timpal Luna, yang dengan secara tiba-tiba berbicara seperti itu. Sehingga Ibu Mayang yang mendengarnya pun, kaget sekaligus bingung. "N_nangis terus? Maksudnya?" Ucapnya. "Iya Oma, dari semalaman itu Tante Dinda ini nangis terus!" Ucap Luna, lagi. "Kok Luna bisa tau, kalau dari semalaman, Tante Dinda ini nangis terus?" Ucap Ibu Mayang, yang langsung saja bertanya seperti itu, sambil menatap kearah Dinda menantu tersayangnya, yang dari tadi malah justru terlihat langsung gugup. "Oh, i_ Itu mah! S_semalam itu Dinda, eeemmmm? Semalam itu,,,," seketika ucapannya itu pun, langsung terpotong. "Semalam itu, itu Om! Semalam itu Tante Dinda bobonya pindah ke kamar Luna, sambil nangis-nangis!" Ucap Luna lagi, serius. Karena ternyata, setelah semalam Dinda itu puas teriak-teriak diatas gedung rumah Alex suaminya, ia langsung turun kembali ke bawah, dan langsung ikut numpang tidur di kamar Luna keponakannya. Ia tidak mau kembali tidur di kamar Alex suaminya, karena ia benar-benar masih sangat sakit hati dengan perlakuannya itu semalam. Apa lagi saat mendengar ucapannya yang mengatakan 'kalau sampai kapanpun ia itu tidak akan pernah bisa menggantikan Cindy cinta masa kecilnya, di hatinya!' perasaannya pun semakin tak karuan dan bercampur aduk rasanya. "Aduuuuh! Kenapa Luna harus ngomong kayak gitu sih, sama mamah? Bisa-bisa mamah marah nih, kalau kayak gini caranya!" Ucap Alex lagi dalam hati, semakin panik. "Dinda, apa bener kata Luna tadi? Semalam itu kamu pindah tidur dikamar Luna, sambil menangis-nangis semalaman?" Ibu Mayang yang langsung saja bertanya seperti itu lagi, dengan sangat tegas. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, semakin gugup lagi dibuatnya. "Oh, i_itu mah! S_semalam Dinda, eeemmmm? I_itu,,,,,," seketika ia pun langsung terdiam, karena ia bingung harus menjawabnya apa. Ia tidak mungkin membohongi Ibu Mayang mertuanya, yang sudah sangat menyayanginya. Namun ia juga tidak bisa jujur kepadanya, karena ia tidak mau kalau sampai Ibu Mayang mertuanya itu tau tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi antara ia dan Alex semalam, lalu mengadu kepada kedua orangtuanya, yang nantinya akan membuat kedua orangtuanya itu banyak pikiran. "Dinda, kamu kenapa diem? Jawab mamah sayang! Apa bener kata Luna tadi? Semalam kamu itu pindah tidur di kamar Luna, sambil menangis-nangis semalaman?" Tanya Ibu Mayang, lebih tegas lagi. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, tak bisa berbuat apa-apa, dan akhirnya ia pun menjawabnya dengan jujur. "I_ iya mah!" Ucapnya. "Kok bisa sih sayang? Kamu sampai pindah tidur di kamar Luna, sambil menangis-nangis semalaman?" Ibu Mayang yang langsung saja kaget, sekaligus kesal mendengarnya. "Apa semua itu, karena ulah Alex?" Ucapnya lagi, yang langsung saja curiga kepadanya. Karena ia tau betul, kalau Alex putranya itu sangat-sangat tidak suka dengannya. "M_ mamah, mamah ini apa-apa sih?" Ucap Alex, yang langsung saja gugup. "Udah deh Alex, kamu nggak usah bohongin mamah! Karena mamah ini tau, pasti kamu yang semalam udah bikin Dinda pindah tidur ke kamar Luna, sambil menangis-nangis semalaman!" Ucap Ibu Mayang lagi, dengan sangat yakin. "Pokoknya yah Alex, mamah ingetin sama kamu! Jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi!" "Awas aja yah! Kalau sampai kejadian seperti itu terulang lagi, apalagi kalau mamah sampai mendengar atau melihat dengan mata kepala mamah sendiri, kamu sampai bertengkar dengan Dinda, dan sampai tidur pisah ranjang lagi dengan dia, kayak semalam! Mamah nggak akan segan-segan untuk laporin perbuatan kamu ini, sama papah Hadi dan juga sama mamah Sari!" Ucapnya lagi, yang langsung saja mengancamnya seperti itu. "Eh! J_jangan mah, jangan! Ia mah, Alex janji! Alex nggak akan pernah bertengkar lagi sama Dinda, apalagi sampai tidur pisah ranjang lagi kayak semalam dengannya! Alex janji mah!" Ucapnya lagi, yang langsung saja panik. Namun ia bisa sepanik itu, bukan karena ia takut. Akan tetapi, karena ia benar-benar merasa tidak enak kepada Pak Hadi dan juga Ibu Sari, yang sudah menitipkan Dinda putri semata wayangnya itu kepadanya. "Mamah pegang janji kamu itu!" Jawab Ibu Mayang lagi, dengan sangat tegas. "Ya udah, lebih baik sekarang kamu antar Luna ke sekolah!" "Sekalian, Dinda juga ikut berangkat bareng sama kamu! Soalnya mulai dari hari ini, Dinda ini udah mulai magang!" Ucapnya lagi, yang dengan secara tiba-tiba langsung saja menyuruhnya seperti itu. Sehingga Dinda yang dari tadi masih duduk disampingnya pun, bingung. "K_kok mamah Mayang bisa tau? Kalau mulai hari ini, Dinda ini udah mulai magang?" Tanyanya. "Oh, i_itu sayang! Tadi itu, eeeemmm?" "T_tadi itu, mamah kamu yang kasih tau mamah. Kalau mulai dari hari ini, katanya kamu ini udah mulai magang!" Jawab Ibu Mayang, yang entah mengapa tiba-tiba terlihat langsung saja gugup. "I_iya bener! T_tadi itu, mamah kamu yang kasih tau mamah kayak gitu!" Ucapnya lagi. "Oooh gitu," jawab Dinda, sambil tersenyum. "I_iya sayang," jawab Ibu Mayang lagi, yang juga langsung ikut tersenyum. "Udah Alex! Lebih baik sekarang juga, cepetan kamu antar Luna ke sekolah!" "Sekalian juga kamu anter Dinda ini, magang!" "Aduh maaaah, nggak bisa mah! Kan mamah juga tau sendiri? Kalau pagi ini, Alex itu ada meeting penting di luar, dengan klien Alex! Jadi Alex ini benar-benar nggak ada waktu untuk mampir kesana kesini mah! Soalnya waktunya udah mepet!" Jawab Alex, serius. "Ya udah nggak papa kok mah, Dinda bisa kok berangkat sendiri!" Ucap Dinda "Lagian sekarang ini, Dinda juga belum tau, perusahaan tempat Dinda magang itu dimana." "Loh kok bisa gitu sih sayang? Nanti kalau kamu sampai nyasar gimana?" Ucap Ibu Mayang, yang langsung saja panik. "Udah mah, mamah nggak usah panik! Sebentar lagi juga temen-temen Dinda serlok alamat perusahaannya kok, ke Dinda!" Ucap Dinda lagi. TING! Dengan secara tiba-tiba ponselnya itu pun berdering, karena ada pesan masuk. "Nah, ini temen-temen Dinda udah serlok alamat perusahaannya mah!" Ucapnya lagi, yang sekarang ini sedang membaca pesan masuk tersebut. "Ya udah yah mah, Dinda berangkat magang sekarang!" Ucapnya lagi, sambil tersenyum dengan sangat ramah kepadapnya. Kemudian, ia pun langsung melangkah mendekat ke arah Luna. "Luna sayaaang, Tante Dinda berangkat magang dulu yah?" Ucapnya lagi, yang sekarang ini sudah mulai akrab dengannya. "Baik-baik yah sayang, di sekolah? Ingat! Jagan suka ribut sama temen-temen kamu!" Ucapnya lagi, yang dengan penuh perhatiannya langsung saja memberinya pesan seperti itu. "Oke, Tante Cantik!" Jawab Luna yang langsung saja menyebutnya seperti itu, sambil tersenyum. "T_Tante Cantik, maksudnya?" Tanya Dinda, bingung. "Iya, Tante Cantik!" Jawab Luna, lebih jelas lagi. "Kan Tante Dinda ini, cantik banget! Baik lagi!" Ucapnya lagi, yang sepertinya benar-benar sangat terpukau melihat kecantikan parasnya. "Makasiiiih!" Jawab Dinda yang langsung saja tersenyum, sambil mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Namun dengan secara tiba-tiba, ia pun langsung terdiam sambil menatap sinis kearah Alex suaminya. "Mas Alex, Dinda berangkat dulu!" Ucapnya sambil cemberut, dan mengulurkan tangannya untuk salaman. "Iya, hati-hati!" Jawab Alex yang terlihat masih terus dingin, sambil membalas salaman tersebut. "Ya udah yah semuanya, Dinda berangkat dulu!" Ucap Dinda lagi, yang kemudian langsung melangkah menuju pintu keluar rumah tersebut. Namun baru saja ia melangkah, tiba-tiba saja ia melihat dan mendengar seorang lelaki dan perempuan yang sedang ribut di dalam rumah tersebut, sambil melangkah masuk menghampirinya. "Udah sayang, udah! Kamu nggak perlu mempermasalahkan masalah ini terus sama mamah!" Ucap seorang lelaki tersebut, mencoba untuk menasehatinya. "Nggak mas, nggak! Pokoknya masalah ini akan tetap aku permasalahkan! Sebelum mamah itu bisa bersikap adil sama aku!" Ucap seorang perempuan tersebut, dengan nada yang terdengar sangatlah marah. Sehingga Ibu Mayang, Alex, dan Luna yang mendengarnya pun, kaget sekaligus bingung dibuatnya. "Dinda, ada apa? Kok kayak ada orang yang lagi pada ribut?" Tanya Ibu Mayang..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN