Bab 4.

1061 Kata
"I_ ini serius? C_ ciuman pertama aku, sama laki-laki sombong ini?" Ucap Dinda dalam hati gugup, karena ia benar-benar tidak percaya dengan semuanya. Kemudian, ia pun langsung memandangi wajah tampannya, yang sekarang ini justru terlihat sangat asyik dan sangat menikmati ciuman bibirnya itu. "K_kenapa ciuman bibir ini, rasanya bener-bener nikmat banget yah? Padahal aku udah berkali-kali ciuman bibir sama Cindy, tapi kenapa sekarang pas aku lagi cium bibir gadis labil ini, rasanya itu beda banget? Kenapa rasanya, aku ini nyaman banget dan seperti udah dekat banget sama gadis labil ini, sebelumnya? Terus kenapa juga rasanya, aku ini jadi nggak mau berhenti, dan ingin terus menciumi bibir gadis labil ini?" Ucap Alex dalam hati, yang entah mengapa perasaannya pun berbicara seperti itu, sambil terus memejamkan matanya dan terus asyik menciumi bibirnya. Sehingga Dinda yang melihatnya pun, hanya bisa pasrah. Dengan perlahan, ia pun ikut memejamkan matanya, dan ikut menikmati disetiap sentuhan-sentuhan manja dari bibir dan lidah Alex suaminya itu, yang sangat lihai memainkan bibir dan lidahnya. "J_ jadi ternyata, ciuman itu rasanya senikmat ini?" Ucapnya dalam hati, yang ternyata ia pun benar-benar terhanyut oleh suasana, sambil terus memejamkan matanya dan terus pasrah menikmati disetiap sentuhan-sentuhan manja dari bibir dan lidah Alex suaminya itu, yang dari tadi masih terus asyik menciumi dan memainkan bibir dan lidahnya. Sehingga Alex yang baru saja membukakan matanya pun, tersenyum melihatnya. Kemudian, ia pun langsung mengeratkan pelukannya dan langsung memejamkan matanya kembali, sambil terus asyik menciumi bibir seksinya itu seakan-akan tak mau berhenti. Sehingga membuat Dinda pun semakin terhanyut dan terhanyut lagi dalam suasana. "Buka mata nya! Udah selesai ciumannya!" Bisik Alex, yang tiba-tiba berubah kembali menjadi sangatlah dingin. Dengan secara tiba-tiba, ia berbicara seperti itu. Sehingga Dinda yang sedang merasakan betapa nikmatnya ciuman itu pun, seketika langsung membukakan matanya. "Oh, u_ udah yah?" Ucapnya gugup, sambil menatap dalam wajah tampannya. Kemudian, ia pun langsung mengigit-gigit bibirnya, seakan-akan mengisyaratkan kalau ciuman itu sangat berarti untuknya. Sehingga membuat Alex pun, tersenyum dingin melihatnya. "Kenapa emang? Ketagihan?" Bisiknya, dengan belagunya. "Tadi aja sok-sokan nolak, sekarang aja ketagihan. Dasar murahan!" Bisiknya lagi, yang dengan munafiknya berbicara seperti itu. Ia tidak mau mengakui, kalau sebenarnya tadi itu justru ialah yang sangat-sangat menikmati ciumannya itu. "A_ apa tadi mas Alex bilang? Ketagihan? Murahan?" Bisik Dinda, marah dan kesal. Ia benar- benar tidak terima dengan ucapannya itu. Kemudian, ia pun langsung mencubit pinggangnya dengan sangat kencang. "Iiiiiihhhh!" Ucapnya, yang benar-benar gereget kepadanya. "Aw! Aduh, aduuuh!" Teriak Alex, yang benar-benar terdengar sangatlah kesakitan. Sehingga membuat semua orang yang tadinya sedang hening, karena sedang menyaksikan mereka ciuman pun, kaget mendengarnya. "Sayang! Kamu kenapa? Kok teriak-teriak?" Tanya Ibu Mayang. "Iya Alex, ada apa? Kok kamu teriak-teriak kayak gitu? Kamu nggak papa kan?" Sambung Ibu Sari, panik. "Iya Om Alex, Om Alex nggak papa kan? Kok Om Alex teriak-teriak?" Sambung Luna, yang juga ikutan panik. "Oh, n_nggak! O_Om nggak papa kok!" Jawab Alex, berbohong. Kemudian, ia pun langsung berbisik lagi, tepat ditelinga Dinda. "Awas aja yah, kamu! Aku akan balas perbuatan kamu ini!" Ucapnya. "Kalau mas Alex mau balas, balas aja! Dinda nggak takut!" Jawab Dinda, yang malah justru langsung tersenyum menantangnya. "Dasar laki-laki sombong!" Ucapnya lagi. Beberapa jam kemudian,,,, MASIH DI RUMAH PAK HADI. Waktu menunjukkan pukul 01:00 Siang. "Eh, tunggu dulu tunggu dulu! Ngomong-ngomong mas Alex kemana, yah? Kok dari tadi aku nggak lihat?" Dinda yang dari tadi bingung, karena ia sudah tidak melihat adanya Alex suaminya lagi ditengah-tengah obrolan asyik antara keluarganya dengan keluarga Ibu Mayang. "Apa mungkin mas Alex udah pulang? Karena dia itu bener-bener nyesel, udah menikah sama aku?" "Hemmm! Dasar laki-laki sombong!" Dinda pun seketika langsung tersenyum sinis. "Berani-beraninya dia, menyesal menikahi perempuan secantik dan seseksi aku!" "Emang dia pikir dia itu, siapa?" "Pejabat? CEO? Atau apa? Sampai berani-beraninya menyesal, menikahi perempuan secantik dan seseksi aku!" Ucapnya lagi dalam hati, yang ternyata benar-benar tidak tau, apa jabatan Alex suaminya itu selama ini di Perusahaannya. "Belum tau aja dia! Kalau ternyata disekolahan, aku ini jadi rebutan para laki sanai-sini! Kalau dia tau kenyataannya aku seperti itu, mana mungkin dia menyesal menikahi aku? Yang ada juga beruntung banget dia, jadi suami aku!" Ucapnya lagi dalam hati, yang dengan percaya dirinya berbicara seperti itu. "Tapi ya udah, lah! Bodo amat! Mau dia menyesal kek, mau dia beruntung kek menikah sama aku, aku nggak perduli!" "Lagian ngapain juga, aku ini mikirin suami sombong kayak dia!" "Mendingan sekarang, aku naik ke kamar aja, istirahat! Mumpung sekarang ini, aku masih ada disini dan belum pindah ke rumah mas Alex." ucapnya lagi dalam hati, yang sepertinya tak mau pusing memikirkan keberadaannya, meskipun sekarang ini mereka berdua sudah menikah. Dengan segera, ia pun langsung buru-buru naik menuju kamarnya. "Iiiihhh! Lengket banget sih badan aku? Gerah lagi! Kayaknya sekarang, aku ini harus mandi deh!" Ucapnya lagi, yang sekarang ini sudah berada di dalam kamar tersebut, dan bahkan dari tadi masih mengenakan gaun pengantin seksi pilihannya. Kemudian, ia pun langsung buru-buru melangkah masuk menuju kamar mandi tersebut, untuk mandi dan membersihkan badannya. Namun baru saja ia masuk kedalam kamar mandi tersebut, tiba-tiba saja,,,,, "Aaaaaahhhhhh!!!!!" Dinda pun langsung teriak dengan begitu kencangnya, sambil buru-buru menutupi kedua matanya. Ia pun kaget bukan main, melihat Alex suaminya yang ternyata dari tadi sedang mandi di dalam kamar mandi tersebut dengan keadaan telanjang bulat, sehingga memperlihatkan juniornya dengan sangat jelas. "Kamu tuh kenapa, sih? Berisik tau!" Ucap Alex yang malah justru terlihat biasa saja, dan bahkan raut wajahnya pun masih terus terlihat sangat dingin. "M_mas Alex, ayo cepetan! M_mas Alex pakai dulu handuknya! Dinda mau ngomong!" Jawab Dinda, dengan keadaan yang sangat gugup dan gemetaran, sambil terus menutupi kedua matanya. "Iya nih, udah aku pakai handuknya! Ayo cepetan, kamu mau ngomong apa?" Jawab Alex yang sekarang ini sudah selesai memakai handuknya, sesuai dengan pintanya. "T_tapi beneraan, kan? I_itu nya, udah mas Alex tutupin?" Jawab Dinda lagi, yang terlihat masih terus gugup dan gemetaran. Bagaimana mungkin ia tidak gugup dan gemetaran, jika sekarang ini adalah kali pertama, ia melihat hal seperti itu dalam hidupnya. "Iya, udah! Ayo cepetan, kamu mau ngomong apa?" Jawab Alex, lebih jelas lagi. Sehingga Dinda yang mendengarnya pun, perlahan mencoba untuk membuka matanya. "M_mas Alex! Mas Alex tuh ngapain sih, disini? I_ini kan, kamar mandi Dinda?" Ucapnya, yang langsung saja marah-marah begitu saja kepadanya. Sehingga Alex yang mendengarnya pun, seketika langsung menghampirinya lebih dekat lagi, dan langsung menyenderkannya di tembok. "M_mas Alex, mas Alex mau ngapain?" Dinda yang langsung saja ketakutan dan panik dibuatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN