“Kamu harus tetap pergi, walau merasa malas. Apalagi Inggrit sekarang lebih dekat dari sebelumnya. Aku tidak ingin wanita itu mengambil peluang untuk mengancam dan mengendalikanmu.” Kirana mencoba menasehatinya. Entah Ali bersedia atau tidak. Tak lama setelah berkata demikian, Ali bersedia bangkit dari atas ranjangnya. Pria itu tersenyum seraya menyentuh pipi Kirana. “Aku sangat berharap kamu satu-satunya wanita yang akan tinggal di sisiku Kirana.” Bisiknya lalu memberikan kecupan pada kening Kirana. Kirana hanya menundukkan wajahnya, perlahan wanita itu ikut bangkit bangun dari posisi tidurnya. Ali masih duduk di tepi tempat tidur, pria itu tersenyum melihat ekspresi dari Kirana. “Kenapa? Kamu tidak bersedia menjadi wanitaku satu-satunya?” Senyum manis kembali terukir pada bibir pria te