Tangan rehan bergerak cepat memotong sayuran yang akan ia buat untuk sarapan pagi ini. Sejujurnya, Rehan cukup percaya diri dengan rasa dari masakannya. Hanya saja, Rehan masih harus mengetahui selera yang dimiliki oleh istrinya.
Setelah selesai membuat capcay dan juga ayam goreng, Rehan segera mencuci tangannya dan menyiapkan semuanya di atas meja makan.
Rumah yang ia tempati bersama istrinya bukanlah rumah yang besar baginya. Seorang pembantu akan datang seminggu 3 kali untuk membersihkan rumah, untuk cucian tentu saja dipercayakan pada laundry.
Setelah selesai menata makanan di atas meja, Rehan pun kembali ke kamar dan membersihkan dapur yang sudah selesai ia pakai.
Rehan melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi, sembari menunggu istrinya bangun, Rehan memutuskan untuk memeriksa pekerjaannya lewat laptop yang sudah ada di rumah itu.
***
Alisa menguap setelah membuka matanya, tubuhnya terasa capek dan hal itu membuat Alisa mengingat semua hal yang sudah ia lakukan bersama suaminya semalam.
"Aku pasti gila!" Gumam Alisa dengan suara pelan.
Setelah cukup menenangkan diri dan juga menyalahkan sikapnya tadi malam, Alisa pun beranjak bangun dari tidurnya.
Alisa meringis pelan merasakan ngilu di selangkangannya, bagaimanapun juga Alisa tidak akan lupa dengan ukuran suaminya yang berbeda dengan milik mantan kekasihnya, selain itu Alisa juga ingat jika suaminya itu telah melakukannya berkali-kali padanya, seolah-olah belum pernah melakukan hal itu sebelumnya.
Perutnya yang terasa lapar membuat Alisa memutuskan untuk mandi lebih dulu, takut bau yang keluar darinya bukanlah keringat melainkan sesuatu yang tertinggal tadi malam.
15 menit berlalu, Alisa segera keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai bathrobe dan juga handuk yang ada di kepalanya.
Alisa berjalan keluar dari kamar, mencari meja makan yang mungkin saja sudah ada sesuatu disana.
"Kamu sudah bangun?" Rehan segera mengakhiri pekerjaannya dan meletakkan laptopnya saat melihat istrinya sudah bangun dan berada di ruang makan.
"Apakah tidak ada pembantu?" Alisa bertanya tanpa berani menatap ke arah suaminya yang saat ini terlihat begitu tampan.
Alisa tahu jika suaminya memang tampan, tapi entah kenapa dengan pakaian santai seperti itu membuat suaminya terlihat sangat muda dan juga bersinar.
"Apakah kamu suka ada pembantu di rumah? Sejujurnya aku mengatur agar mereka datang seminggu 3 kali." Tanya Rehan bertanya sembari memberitahu rencananya.
"Lalu siapa yang masak dan cuci piringnya?" Kali ini Alisa bertanya sembari menatap ke arah suaminya yang saat ini juga melihat ke arahnya.
"Aku akan melakukannya, bukankah kamu suka laki-laki yang bisa memasak?" Jawab Rehan dengan senyuman tipisnya.
Tiba-tiba saja Alisa merasa silau dan menutup matanya saat melihat bagaimana suaminya yang terlihat lebih bersinar setelah mengatakan hal itu.
"Apakah kamu menyukaiku?" Alisa bertanya sembari bercanda.
"Tentu saja, aku harus menyukai istriku." Jawab Rehan yang langsung saja membuat Alisa tertawa saat mendengarnya.
Alisa duduk dan mengambil piring untuk mencicipi masakan yang dibuat oleh suaminya.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Rehan untuk mengetahui selera istrinya.
"Sedikit pedas?" Balas Alisa yang langsung saja dijawab anggukan oleh Rehan.
Setelah mengetahui jika istrinya tidak menyukai pedas, Rehan pun ikut mengambil piring dan makan bersama istrinya.
Jujur saja, Rehan sendiri suka sesuatu yang sedikit lebih pedas karena baginya rasa itu cukup membuat dirinya terhibur dari pekerjaan-pekerjaan yang membuatnya pusing. Tapi jika istrinya tidak menyukai hal itu, tentu saja dirinya harus berusaha untuk mengikuti selera istrinya.
Keduanya makan dalam diam, hanya suara sendok dan piring yang saling berdenting dengan suara yang pelan.
Alisa menghabiskan makanan yang ada di piringnya dan kembali menguap. Rehan yang sudah menyelesaikan sarapannya sedari tadi tentu saja hanya bisa tersenyum.
"Tidurlah lagi jika masih mengantuk,"
Alisa yang mendengarnya tentu saja ingin menganggukkan kepalanya,
"Aku masih harus mengeringkan rambut," Jawab Alisa yang langsung saja beranjak bangun, membawa piring kotornya ke dapur.
Setelah selesai meletakkan piringnya, Alisa mencuci tangannya dan kembali ke kamar untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Rehan sendiri segera mencuci tangannya dan mengikuti istrinya ke kamar, Rehan menghampiri istrinya yang duduk di depan meja rias sembari memeriksa ponselnya.
"Biar aku keringkan," Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Rehan sudah lebih dulu melakukan aksinya itu.
Rehan melakukannya dengan hati-hati agar istrinya terasa nyaman, berbeda dengan Alisa yang sibuk mengecek ponselnya selama suaminya mengeringkan rambutnya.
Setelah selesai mengeringkan rambut istrinya, Rehan pun segera menyisir rambut istrinya dengan perlahan.
"Apakah kamu hari ini sibuk?" Alisa bertanya dengan suara pelan.
"Kenapa?" Tanya Rehan penasaran.
"Teman-temanku akan datang ke rumah karena kemarin tidak bisa datang." Jawab Alisa masih ragu-ragu.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Rehan dengan tenang.
"Aku ingin mengajakmu membeli makanan untuk menjamu mereka jika kamu tidak lelah." Pinta Alisa dengan hati-hati.
"Baiklah, aku akan membelikannya nanti."
"Tidurlah lagi jika masih lelah," Kata Rehan mengingatkan istrinya.
Alisa pun menganggukkan kepalanya pelan dan berjalan ke arah ranjang untuk berbaring.
Rehan sendiri berjalan ke sisi yang lain dan mengambil dompet miliknya yang ada di laci.
"Milikmu," Ucap Rehan sembari memberikan card tanpa batas pada Alisa.
Alisa yang melihatnya tentu saja segera bangun dan menatap lurus ke arah suaminya dengan tidak percaya.
"Kenapa bisa milikku?" Meskipun bertanya seperti itu, Alisa tetap menerima kartu itu dan membolak-balikan berkali-kali, tidak percaya jika dalam hidupnya dirinya akan memiliki kesempatan untuk memegang card seperti itu.
"Tentu saja karena kamu istriku," Jawab Rehan sembari tersenyum tipis saat melihat istrinya senang.
"Ah, kalau kita cerai kamu akan memintanya lagi?" Alih-alih bertanya apakah dirinya bisa menggunakan sesukanya, Alisa justru bertanya hal lain karena tidak ingin kehilangan card yang sangat ia inginkan selama ini.
Mau tak mau Rehan menganggukkan kepalanya,
"Kalau kamu sudah punya calon lain, aku akan jadi istri simpanan, jadi jangan khawatir." Kata Alisa dengan antusias.
"Kalau gitu kamu hanya perlu berusaha menyukaiku agar aku tidak mencari wanita lain?" Balas Rehan yang langsung saja membuat Alisa sedikit terkejut saat mendengarnya.
"Apapun itu, pakailah sesukamu, jangan khawatirkan apapun." Lanjut Rehan sembari mengelus rambut istrinya.
"Istirahatlah lagi, aku akan mencuci piring di dapur."
"Biar aku saja yang melakukannya!" Seru Alisa dengan semangat, tidak mungkin dirinya tidak melakukan apa-apa untuk menjilat suaminya yang kaya itu.
"Jangan lakukan apapun, dan istirahalah. Aku tidak akan melakukan mengambilnya kembali bahkan jika kamu tidak melakukan apapun di rumah ini." Setelah mengatakan itu, Rehan pun pergi sembari tersenyum penuh kasih sayang pada istrinya.
Sejujurnya melihat istrinya yang begitu terkejut saat dirinya memberikan card tadi membuat Rehan ikut senang dan gemas. Rehan berharap istrinya lebih menyukai uangnya daripada harus kembali bersama mantan kekasihnya nanti.