Berbincang

1037 Kata
Semua orang sudah berkumpul di depan rumah, menyambut kedatangan calon suami Clara yang katanya seseorang yang berpengaruh. Rehan memegangi tangan istrinya erat, sesekali menatap ke arah istrinya yang terlihat antusias. "Apakah tidak terjadi apa-apa di dapur tadi?" Tanya Rehan dengan suara pelan. "Tidak ada, justru aku mengetahui sesuatu yang tidak pernah aku ketahui selama ini." Jawab Alisa dengan senyuman tipisnya. "Apa?" Tanya Rehan penasaran. "Sebenarnya yang menjodohkan kita papa dan bukan mama." Bisik Alisa tepat di telinga suaminya. Suara deheman yang terdengar membuat Alisa sadar dan segera menjauhkan diri dari suaminya. Berbeda dengan Rehan yang saat ini memerah karena malu dan juga deg-degan karena tingkah istrinya. Clara tersenyum lebar saat melihat kekasihnya turun dari mobil. "Apakah jalannya macet?" Clara segera bertanya dan menghampiri kekasihnya itu. "Sedikit," jawab laki-laki yang terasa tidak asing bagi Alisa sendiri. "Malam om, Tante." Sapa laki-laki itu dengan ramah pada kedua orangtuanya. "Papa, ini Alex, Alex ini papa, mama, kakak, sama kakak ipar." Clara sibuk memperkenalkan dengan antusias. Tentu saja Clara senang karena itu adalah pilihannya sendiri. "Ayo kita masuk dulu, diluar dingin." Ajak Daniel yang langsung saja dituruti oleh semua orang. "Entah kenapa aku merasa nggak asing sama wajahnya," gumam Alisa pelan. Rehan yang mendengarnya tentu saja hanya bisa diam dan melihat ke arah istrinya yang berpikir. Mereka duduk di ruang tamu dan mulai berbincang-bincang, diantara semua orang, Clara terlihat antusias, terlihat sekali jika Clara senang kekasihnya sudah datang. Waktu makan malam pun tiba, mereka berjalan ke arah meja makan dan mulai makan bersama. "Ah benar!" Seru Alisa yang tentu saja membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Ah bukan apa-apa," gumam Alisa yang langsung saja membuat semua orang menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ada apa?" Tanya Rehan penasaran. "Kita perlu mengawasi Alex, ada yang nggak beres." Jawab Alisa yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Rehan. Sedari tadi, tingkah Alisa dan Rehan terus diperhatikan oleh Daniel, sejujurnya Daniel penasaran bagaimana sebenarnya hubungan pernikahan putrinya itu, dan melihat hal itu Daniel merasa bersyukur karena menerima lamaran dari Rehan waktu itu. Sejujurnya, itu bukanlah perjodohan. Saat itu tiba-tiba saja lamaran pernikahan untuk Alisa datang dari Rehan, saat itu Daniel juga terkejut karena tiba-tiba laki-laki itu datang padanya dengan tujuan tersebut. Bahkan Daniel berpikir jika lamaran itu ditujukan untuk Clara, tapi ternyata untuk Alisa, putrinya yang tidak pernah bisa ia atur. Anak laki-laki yang tiba-tiba datang untuk meminta putrinya, tentu saja Daniel penasaran, namun dengan tekad yang kuat dari Rehan membuat Daniel mempertimbangkan lamaran itu. Daniel mengatakan hal itu pada putrinya, membuat putrinya marah dan tidak pulang selama beberapa hari. Saat itu Daniel sedikit menyesal, senakal apapun putrinya, dia pasti pulang, tapi setelah pembicaraan pernikahan, putrinya tidak pulang selama berhari-hari, dan itu membuat dirinya menyesal dan juga khawatir. Namun tidak terduga, putrinya pulang setelah beberapa hari, putrinya mengatakan akan menyetujui pernikahan itu dengan syarat akan bertemu dengan laki-laki itu lebih dulu. Daniel pun segera mengatur waktu janjian keduanya dan entah apa yang terjadi hingga akhirnya keduanya benar-benar resmi menikah. "Kalian tidak menunda untuk memiliki bayi kan?" Pertanyaan yang tiba-tiba terdengar membuat Alisa yang sedari tadi fokus dengan makanannya langsung tersedak. Rehan yang melihat istrinya terbatuk-batuk tentu saja segera mengambilkan air dan meminta istrinya minum dengan perlahan. "Kenapa kakak terkejut begitu?" Tanya Clara yang saat ini juga penasaran dengan pernikahan kakaknya. "Kita baru saja menikah selama seminggu, mana mungkin bisa langsung hamil." Balas Alisa sedikit kesal dan gugup. "Bisa tahu kalau udah nyicil sebelumnya." Gumam Clara yang langsung saja membuat Alisa melotot saat mendengarnya. Bisa-bisanya adiknya memiliki pemikiran seperti itu. "Karena Rehan anak pertama, pasti keluarganya sangat mengharapkan seorang cucu, jadi menurut mama, kamu tidak perlu menunda-nunda." Kata Farah tiba-tiba bersuara. "Kalian bahas apasih, ada tamu juga." Kata Alisa mengalihkan pembicaraan. "Benar kata Alisa ma, mending kita membicarakannya nanti." Kata Rehan dengan cepat. Setelah percakapan itu, Rehan terus memperhatikan istrinya yang terlihat bad mood. Rehan sendiri tidak masalah jika istrinya tidak ingin segera memiliki anak, apalagi hubungannya juga masih tahap pendekatan, jadi Rehan tidak masalah jika menundanya. Setelah selesai makan malam, mereka kembali berkumpul di ruang tamu, berbincang-bincang selama beberapa waktu dan akhirnya kekasih Clara berpamitan pulang. Clara mengantarkan kepergian kekasihnya, meninggalkan keluarganya yang memutuskan untuk tetap di dalam. "Jadi bagaimana? Kalian menunda kehamilan?" Tanya Daniel yang langsung saja tepat sasaran tanpa perlu basa-basi lebih dulu. "Memiliki anak itu perlu kesiapan pa, apalagi kasus baby blues sudah banyak, dimana banyak ibu yang membunuh anaknya karena merasa terguncang, jadi Alisa berpikir untuk menundanya sampai Alisa merasa siap." Jawab Alisa pada akhirnya. "Jika Rehan ingin segera memilikinya kamu juga tidak bisa egois," kata papanya lagi yang entah kenapa membuat Alisa merasa kesal. "Rehan tidak masalah pa, lagipula Rehan juga ingin menikmati masa-masa hidup berdua sama Alisa." Balas Rehan dengan cepat. Alisa tidak menyangka jika suaminya akan ikut bicara, berbeda dengan Farah yang tersenyum tipis, senang karena putrinya mendapatkan pengertian dari menantunya. "Kalian akan menginapkan?" Tanya Farah kali ini. "Sebenarnya kita sudah ada agenda malam ini ma, jadi tidak bisa menginap." Jawab Rehan dengan cepat. Alisa yang mendengarnya tentu saja segera menoleh ke arah suaminya, sejujurnya Alisa sudah tidak punya keinginan untuk pulang lagi, dirinya pun tadi makan cukup banyak dan merasa kenyang. Alisa menarik baju Rehan pelan, membuat Rehan menoleh dan menatap ke arah istrinya. "Aku sudah kenyang," bisik Alisa yang tentu saja membuat Farah dan Daniel menyipitkan matanya. "Kamu mau menginap?" Tanya Rehan dengan suara pelan. Alisa menganggukkan kepalanya dan membuat Rehan sedikit gelagapan. "Kita akan menginap ma," kata Alisa pada akhirnya. "Siapa tahu suami kamu punya pekerjaan yang ditinggal?" Tanya Daniel mengingatkan putrinya. "Tidak ada pa, Rehan keluar dari pekerjaannya. Kerjaannya sekarang Hany di rumah menemani Alisa." Jawab Alisa dengan lantang. Rehan sedikit malu saat mendengarnya, Rehan tidak berpikir jika istrinya akan mengatakan hal itu. "Benar pa, jadi tidak punya pekerjaan di rumah." Kata Rehan pada akhirnya memilih untuk mengkonfirmasi. Setelah itu, mereka kembali berbincang. Alisa yang sudah mengantuk tentu saja mengatakan akan kembali ke kamar, Rehan yang tadinya asik berbincang tentu saja segera berhenti dan mengikuti istrinya. "Bukankah terlalu berbeda dengan bayangan kita?" Farah bersuara sembari menatap kepergian putri dan menantunya. "Sepertinya di kehidupan sebelumnya putri kita menyelamatkan dunia, jadi mendapatkan suami yang baik." Balas Daniel yang langsung saja mendapatkan pukulan dari istrinya. Setelah itu, keduanya pun hanya tertawa pelan dan memutuskan untuk ikut kembali ke kamar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN