Canggung

1099 Kata
Rehan memeriksa dokumen yang dibawakan oleh sekretarisnya. Sejujurnya pekerjaan Rehan masa-masa ini cukup banyak, hanya saja demi mendampingi istrinya di rumah, Rehan memutuskan untuk membereskan semuanya lebih awal. "Apakah anda benar-benar tidak akan kembali ke perusahaan?" Tanya Leo. Leo, salah satu tangan kanan dan juga sekretaris kompeten bagi Rehan. Hanya dengan pengawasan darinya, Leo sudah dapat melakukan semua pekerjaan dengan baik. "Aku akan datang sesekali, untuk saat ini sepertinya sulit karena aku sudah janji dengan istriku." Jawab Rehan dengan serius. "Lain kali kamu bisa mengirimnya ke email, untuk berkas penting yang perlu tanda tangan, kamu bisa langsung datang ke sini." Lanjut Rehan memberitahu. Leo yang mendengarnya tentu saja hanya diam dan menganggukkan kepalanya mengerti, bagaimanapun juga dirinya tidak bisa mengatur atasannya. "Selamat atas pernikahannya pak," ucap Leo memberikan ucapan selamat dengan tulus. Rehan yang sudah selesai membaca dan menandatangani berkas yang dibawa Leo tentu saja langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar. "Bagaimana menurutmu? Apakah istriku cantik?" Tanya Rehan sedikit narsis. "Akan lebih aneh jika pasangan anda bukan wanita yang cantik," jawab Leo yang langsung saja membuat Rehan tertawa pelan saat mendengarnya. "Jika istri anda memiliki teman yang baik dan cantik, tolong jangan lupakan saya." Ucap Leo menambahkan. Rehan yang mendengarnya tentu saja hanya tertawa dan menganggukkan kepalanya mengerti. "Kamu akan langsung kembali ke perusahaan kan?" Tanya Rehan mengakhiri percakapan sebelumnya. "Kupikir anda akan memberikan sedikit waktu untuk saya bersantai," balas Leo yang langsung saja bangun dari duduknya dan menghampiri Rehan untuk mengambil berkas yang sudah selesai dikerjakan oleh Rehan. "Jika kamu tidak keberatan dengan potongan gaji, maka aku tidak masalah bahkan jika kamu ingin makan siang di sini." Kata Rehan yang langsung saja dijawabi gerutuan pelan oleh Leo. Ketukan pintu yang terdengar membuat Rehan dan Leo menoleh, Rehan menginterupsi Leo untuk segera memasukkan dokumen itu ke dalam tasnya. "Han?" Panggil Alisa yang langsung saja membuat Rehan bergegas ke arah pintu. "Ada apa sayang?" Jawab Rehan setelah membuka pintu dan melihat wajah istrinya. "Aku sama teman-teman mau makan siang, ayo sekalian." Ajak ma diam. "Kamu nggak akan nolak kan? Lagipula teman kamu juga harus makan sebelum pergi." Lanjut Alisa lagi. Mendengar hal itu tentu saja membuat Rehan menoleh ke belakang, menatap ke arah Leo yang bingung harus menjawab apa. "Ah, baiklah, ayo kita makan bersama." Jawab Rehan pada akhirnya. Alisa jalan lebih dulu, meninggalkan suaminya dan juga Leo yang mengekor di belakangnya. "Pak, saya tidak perlu makan jika gaji saya di potong." Bisik Leo pelan. Bukannya menjawab, Rehan justru mencubit pelan lengan Leo agar sekretarisnya itu mau diam. Ketiganya tiba di meja makan, dimana teman-teman Alisa sudah menunggu di sana. "Apakah ada yang tidak kalian sukai?" Tanya Rehan basa-basi. "Tidak ada, kebetulan ini semua makanan kesukaan kita." Jawab Prilly yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Rehan. Rehan duduk setelah meminta Leo untuk duduk. Semua orang makan dalam diam, hanya suara sendok dan piring yang saling beradu terdengar samar. Setelah selesai makan, mereka masih duduk di meja makan. "Apakah kalian akan menginap?" Tanya Rehan basa-basi. "Hey, mana mungkin kita mengganggu waktu pengantin baru." Jawab Tiara sembari bercanda. "Mana mungkin mengganggu, kan kita menggunakan kamar yang berbeda dengan kalian." Jawab Rehan dengan cepat. Alisa yang mendengarnya tentu saja segera mencubit suaminya pelan. Sedangkan teman-teman Alisa hanya bisa tertawa saat mendengarnya. "Padahal tawaran yang bagus, sayang sekali karena kita tidak bisa menginap." Kata Tiara pada akhirnya menjawab dengan serius. "Istriku pasti akan sedih karena kalian pergi begitu saja, setidaknya pulanglah nanti-nanti." Balas Rehan dengan sungguh-sungguh. "Sejujurnya kita sudah membuat janji untuk berbelanja Minggu depan, itupun jika Alisa mendapat izin dari suaminya." Kata Salsa pada akhirnya mengatakan rencana yang sudah dibuat oleh mereka. "Benarkah? Tentu saja kalian bisa pergi." Jawab Rehan dengan cepat. "Kita serius loh!" Seru Alisa memberitahu suaminya. Rehan yang mendengarnya tentu saja segera menoleh ke arah istrinya. "Aku juga serius, kamu bisa pergi kapan saja jika kamu mau." Jawab Rehan yang langsung saja membuat Alisa terdiam saat mendengarnya. Sejujurnya, Alisa pikir kehidupan pernikahannya akan berbeda setelah menikah, tapi nyatanya suaminya bahkan membebaskan dirinya seperti ini. Setelah itu, mereka berbincang lebih lama lagi. Leo juga diperkenalkan dengan teman-teman Alisa yang datang. **** Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa malam sudah menyapa. Alisa keluar dari kamar mandi, menatap ke arah suaminya yang sudah berbaring di atas ranjang dengan sebuah majalah di tangannya. Dibanding dirinya, suaminya benar-benar rajin, mandi lebih awal, tidak seperti dirinya yang malas untuk mandi jika tidak pergi. "Apakah kamu akan bekerja besok?" Tanya Alisa penasaran. "Tidak, aku akan berada di rumah untuk menemanimu." Jawab Rehan yang langsung saja membuat Alisa terdiam saat mendengarnya. Sejujurnya sebelum pernikahan, Alisa sangat yakin jika suaminya bekerja disuatu tempat. Tapi mendengar suaminya menjawab tanpa ragu membuat Alisa berpikir jika suaminya sudah mengundurkan diri. "Ah, masih masa cuti ya?" Pada akhirnya Alisa memutuskan untuk berpikir positif. "Tidak, mulai sekarang aku akan terus berada di rumah." Terang Rehan memperjelas. Alisa yang mendengarnya tentu saja hanya bisa diam dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. Tidak mungkin juga suaminya seorang pengangguran kan? Karena tidak ingin pusing sendiri, Alisa pun memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi dan ikut naik ke atas ranjang. "Apakah ingin makan di luar?" Tanya Rehan pada istrinya. Alisa pun hanya bisa menganggukkan kepalanya, setuju untuk makan malam berdua diluar. Sejujurnya, Alisa sedikit gelisah, takut jika Rehan akan menanyakan tentang uang yang baru saja ia pakai untuk membayar mantan kekasihnya. Berbeda dengan Alisa yang terlihat gelisah, Rehan justru merasa lega karena urusan istrinya dengan mantan kekasihnya sudah selesai. Rehan benar-benar tidak ingin laki-laki itu mengganggu hubungan pernikahannya dengan Alisa. Karena baginya, uang segitu bukanlah seberapa dibandingkan dengan perhatian istrinya untuk dirinya. "Tentang temanmu tadi, bukankah dia terlalu sopan saat berbicara denganmu?" Tanya Alisa hati-hati. "Leo memang orang yang seperti itu," jawab Rehan apa adanya. "Jika orang lain mungkin akan menganggap jika dia bawahanmu dibandingkan dengan teman." Lanjut Alisa lagi. Rehan yang mendengarnya tentu saja langsung terdiam, tidak dapat mengatakan apa-apa lagi karena istrinya menebaknya dengan baik. "Tapi dibandingkan itu, apa pekerjaannya?" Tanya Alisa yang langsung saja membuat Rehan mengangkat sebelah alisnya. "Ah bukan aku," lanjut Alisa dengan cepat. "Sejujurnya temanku yang bernama Prilly tertarik dengannya, hanya saja jika pekerjaannya menjanjikan," lanjut Alisa lagi. "Dia seorang sekretaris di sebuah perusahaan, gajinya 2 digit setiap bulannya. Hanya saja dia masih harus membiayai kuliah adik perempuannya." Jawab Rehan menjelaskan dengan detail. "Ah, akan kuberitahukan pada Prilly nanti." Kata Alisa dengan cepat. "Sa," panggil Rehan pada istrinya. "Ya?" Jawab Alisa cepat dan juga bingung. "Daripada menyukai orang lain, lebih baik kamu menyukai suamimu saja." Kata Rehan pada istrinya. "Ya?... Ah iya.." Setelah menjawab itu, Alisa pun merasa sedikit canggung. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk berganti dan pergi untuk makan malam di luar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN