Bu Halima menyeret lengan Nanda, membawanya menuju ke taxi yang parkir sedikit jauh dari teras rumah Andra. Begitu mereka semua masuk ke mobil, mobil langsung melaju meninggalkan rumah itu. “Sekarang kita ke mana?” tanya sopir taxi yang memang sudah di bayar untuk mengantar sekalian menunggu. “Langsung ke bandara, pak.” Rora yang menjawab. Sementara di belakang sana; tepatnya di kursi penumpang, Nanda menunduk dengan menutup wajah. Bu Halima yang duduk di sampingnya tak henti ber-istigfar sambil mengelus dadaa yang jadi berdebar. Sungguh, dia sangat takut jika terjadi apa-apa pada Bulan. Ada rasa menyesal di relung hati karna sudah membawa anaknya ke sana. Dia meremas jari-jemarinya sendiri, menoleh, melirik Nanda yang kedua bahu bergetar. “Nan,” panggilnya setelah dadaa sudah lebih te