Om Herman menatap Sekar dengan sorot mata yang tajam dan penuh kekecewaan. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal di atas meja kayu yang membatasi mereka. Ruangan itu terasa sesak oleh ketegangan yang menggantung di udara. "Jangan bohongi aku, Sekar!" suara Om Herman menggelegar, menggema di ruangan yang awalnya sunyi. "Kau bilang tidak ada hubungan dengan Dimas, tapi kenyataannya berbeda!" Sekar menggeleng cepat, menelan ludah dengan susah payah. "Om, aku tidak berbohong. Aku dan Dimas tidak memiliki hubungan!" suaranya terdengar memohon, hampir putus asa. Om Herman menghempaskan napasnya dengan kasar. "Lalu apa yang kudengar dari orang-orang? Mereka bilang kau dan Dimas lebih dari sekadar kenal! Kau pikir aku bodoh?" Sekar meremas jemarinya di pangkuan. Ia tahu apa yang dimaksud