Dimas mengusap wajahnya dengan kasar, masih kesal dengan ulah Tita yang terang-terangan menggoda tadi. Ia butuh udara segar. Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju pantry, berharap setidaknya secangkir kopi bisa menenangkan pikirannya yang mulai kacau. Setibanya di pantry, Dimas langsung menuju mesin kopi. Tangannya sibuk mengambil gelas kertas, tetapi pikirannya masih bergelayut pada obrolannya dengan Tita. Perempuan itu memang gila. Tidak tahu malu. Tapi kenapa… godaannya terasa begitu menggoda? Baru saja ia hendak menuangkan kopi ke dalam gelas, suara cekikikan pelan membuatnya berhenti. Ia menoleh ke arah belakang mesin kopi—dan apa yang dilihatnya membuatnya tertegun. Tita. Perempuan itu bersandar di meja pantry, tubuhnya terjepit antara lemari penyimpanan dan seorang pria yang