Dimas melangkah keluar dari pantry dengan langkah cepat. Pikirannya masih kacau, tubuhnya terasa panas akibat pemandangan yang baru saja ia saksikan. Namun, bukan Tita yang memenuhi benaknya. Sekar. Wanita yang seharusnya tak boleh ia inginkan. Saat jam kerja berakhir, Dimas segera mengambil jasnya dan bergegas meninggalkan kantor. Ia tak ingin berlama-lama di sana, tak ingin membiarkan pikirannya terus-menerus dihantui oleh bayangan Sekar. Saat sampai di apartemennya, Dimas melemparkan tasnya ke sofa dan langsung menuju kamar mandi. Air dingin yang mengguyur tubuhnya tak cukup untuk mengusir panas yang mengendap di dadanya. Malam itu, ia hanya ingin satu hal—melihat Sekar lagi. Ponselnya bergetar di atas meja. Dengan cepat, Dimas mengambilnya. Sebuah pesan masuk dari Sekar. "Aku ingin