PDKT ( J-Rocks)

1135 Kata
Saat kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke Danau Toba. Kimtan mulai menebar pesona kepada Ariana, dia langsung minta izin Clara untuk pindah duduk, agar dia bisa duduk di samping Ariana dan Clara dengan senang hati membiarkan Kimtan duduk di kursinya, tapi ketika dia melihat Andika bersiap-siap naik ke bus dan pasti akan duduk bersama Amelia, dia langsung memberanikan diri, " Samuel.. Kamu aja yang duduk di belakang. Biar tante Amelia duduk di samping mamamu. Aku kalau duduk bagian belakang suka pusing." kata Clara. " Tante aja yang pindah ke belakang, Clara. Tante mau ngobrol sama si Kikan, mau update gossip-gossip, uda terlalu lama tante tidak update gossip-gossip di kota Medan" kata Amelia bermaksud memberi tempat duduknya agar Clara bisa duduk di samping Samuel. Saat Anneke berjalan menuju kursi bagian belakang, Clara malah memberi kode pada Samuel untuk pindah duduk di samping Amelia, dan dia duduk sendirian . Keinginan Clara terkabul, Hore! hatinya langsung berteriak, karena saat Andika,masuk dia duduk di samping Clara karena itu adalah satu-satunya tempat duduk yang masih tersisa di bagian depan. Samuel tersenyum melihat wajah Clara yang berbinar, dia tahu, Clara ada hati dengan Andika dan sejujurnya dia senang, mendapat kesempatan duduk di samping Amelia yang dari pandangan pertama sudah sangat dia kagumi , gayanya yang tenang dan memabukkan, senyumnya yang sangat manis dan suaranya yang lembut menenangkan, semua itu membuat hati Samuel berdebar- debaran yang tidak bisa dia mengerti. " Dokter Amelia" Sapanya ketika bus mulai berjalan. " Lah.. Kok panggil aku demikian formal ? Kenapa tidak panggil aku tante?" Tanya Amelia. " Nggak mau panggil tante, karena kita satu profesi. Jadi aku akan memanggilmu dokter Amelia saja." Kata Samuel dengan cuek " Aku ini tantemu. Sam.Aku bahkan punya foto telanjangmu, saat kamu baru di lahirkan dan setiap tahun, mamamu mengirimkanku foto, jadi aku ini tantemu, meskipun baru bisa melihatmu secara langsung saat kamu sudah 30 tahun sekarang." kata Amelia tertawa, mencoba meyakini hatinya untuk menganggap Samuel adalah keponakannya. " Aku tetap akan memanggilmu dengan dokter Amelia, atau Amelia saja, kalau kamu anggap terlalu formal" Keukeh Samuel berkata. " Dan kepada semua orang di bus ini, teman-teman mamamu, kamu juga nggak mau panggil tante dan om seperti yang dilakukan Clara? " Tanya Amelia. " Iya.. makanya tadi aku menyebut teman-teman mamaku saat memperkenalkan diri, bukan om dan tante seperti permintaan mamaku. Usiaku uda terlalu tua untuk memanggil tante dan om pada kalian. Uda nggak cocok. Kalian juga bukan saudara kandung mamaku. Jadi kita ikut American style aja panggil nama." Kata Samuel, menaikkan bahunya. " Terserah kamu lah. Susah ngomong sama orang yang uda terlalu lama tinggal di Amerika, tata kramanya uda hilang." Kata Amelia tertawa. Di tempat duduk lain, Clara memberanikan diri membuka pembicaraan " Hai... Aku Clara. anaknya Ariana" " Wow.. kamu secantik mamamu" Clara hampir saja tersedak udara karena kegirangan, tapi dengan cepat ia berlagak biasa saja. "Eh, makasih. Om Andika—eh, maksudnya.. " Andika terkekeh mendengar kebingungan Clara soal panggilan, lalu dia berkata. "Jangan panggil Om deh, aku nggak tua-tua banget , panggil aja aku Bang. " Andika tertawa, lalu dia bertanya lagi "Yang duduk di depan sama Amelia itu anak siapa? Aku melihat hanya ada dua anak muda di bus ini." Kali ini Kimtan yang berbalik dan menjawab pertanyaan Andika " Itu Samuel anak Anneke, tapi kamu nggak kenal Anneke, karena dia pindah ke Amerika sebelum kelas 3 SMA dan kamu baru masuk ke kelas kami saat SMA 3.Jadi Anneke keluar, kamu menggantikannya. " " O.." Andika membentuk kata o panjang dengan mulutnya, gayanya itu membuat hati Clara semakin berdebar kencang, mengapa membentuk bulatan aja, bibir Andika bisa sangat seksi dan sangat mengundang seperti minta di cium? " Kamu usianya berapa?" Tanya Andika "Dua puluh lima... ya, enam bulan lagi ulang tahun," Clara menjawab dengan nada manis. Biasanya ia akan ngotot mengaku masih 24 sampai tiba ulang tahunnya , tapi untuk Andika, ia ingin sedikit lebih dewasa. " Berarti mamamu menikahnya cepat ya, di usia 22 uda menikah dan punya anak, sehingga sekarang usiamu uda 25." Kata Andika berhitung. " Kalau kamu?" Clara memancing untuk mendapatkan jawaban atas keresahannya. " Aku menikah usia 30 tahun... tapi anakku baru 10 tahun, karena kami tidak langsung punya anak, sebab aku sering pindah tugas." Deg.. Hati Clara langsung kering, bagaikan tanaman tidak disiram, punah sudah harapannya, Andika ternyata sudah beristri dan punya anak 10 tahun. Tapi dia pintar mengendalikan perasaannya. Dengan suara lirih, Clara bertanya basa basi. " Jadi anaknya sekarang baru kelas 5 dong, sekolah di Siantar juga?" Wajah Andika berubah kelam, ada kilatan kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan ketika menjawab, “Iya, anakku, Donny baru kelas lima. Sekarang dia ikut mamanya di Semarang… karena kami sudah bercerai.” Tanpa sadar, senyum lebar merekah di wajah Clara. Hatinya kembali bersorak penuh kegirangan. Namun, ia segera menyadari tatapan heran Andika yang tertuju padanya. Dengan cepat, Clara mengalihkan pandangan, berpura-pura sibuk menatap jalanan kota Siantar di luar jendela. Tapi di dalam hati, bunga-bunga mekar, dan rasa harapan membuncah. Tiba-tiba, hidup terasa penuh kemungkinan. Suasana dalam bus pun berangsur tenang. Sebagian penumpang mulai terlelap, kenyang oleh makan siang yang baru saja mereka nikmati. Hanya suara lembut dari tape recorder bus yang terdengar, mengalunkan lagu PDKT dari J-Rocks. Clara, yang masih tersenyum simpul, merasakan lagu itu seperti bercerita tentang dirinya. 'Ku coba menarik perhatianmu… dengan segala cara yang ku tahu…' Setiap lirik seakan menjadi panduan untuk langkah berikutnya. Clara yakin, inilah saatnya memulai pendekatan kepada Andika. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan mencoba mendapatkan hati Andika yang kini bebas dari belenggu pernikahan yang telah usai. Di kursi lain, Kimtan yang mendengar lirik lagu itu juga tersenyum kecil. Ia melirik Ariana yang tenang menatap ke luar jendela. Lagu itu seolah menyulut semangat dalam dirinya. Ia tahu, waktunya untuk mendekati Ariana telah tiba, memanfaatkan perjalanan ini sebagai awal sebuah cerita yang lebih dalam. Samuel, di sisi lain , duduk di samping Amelia yang menatap lurus ke depan dengan senyum tipis di wajahnya. Lagu PDKT terus mengalun, dan setiap kata membuat hati Samuel semakin yakin. 'Inginnya aku bisa miliki dirimu…' Perasaan hangat yang ia rasakan sejak pertama kali melihat Amelia menjadi sesuatu yang tak lagi bisa ia abaikan. Ia memutuskan bahwa ini bukan hanya kekaguman atau rasa penasaran, ini adalah cinta. Dan ia, seperti lirik lagu itu, ingin mengetuk pintu hati Amelia. Perjalanan menuju Danau Toba terasa lebih hangat, meski sebagian penumpang terlelap. Bagi Clara, Kimtan, dan Samuel, lagu itu adalah pengiring penuh makna, mempertegas langkah-langkah pendekatan yang akan mereka lakukan. Suasana hati mereka, seperti syair lagu, penuh harap dan keyakinan. Kini, mereka hanya perlu menunggu kesempatan yang tepat untuk membuktikan kesungguhan mereka, sambil menikmati alunan lagu yang terus bergema dalam hati. Ku coba menarik perhatianmu dengan segala cara yang ku tahu Inginnya aku dapat mengetuk pintu hatimu. Sudikah kau beri ku kesempatan Tuk buktikan kesungguhan diriku. Inginnya aku bisa miliki dirimu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN